Sumutcyber.com, Medan – Ketua Program Studi Psikiatri FK USU Prof. Dr. dr. Elmeida Effendy, M.Ked, Sp.KJ (K) mengajak para psikiater untuk lebih aktif mengedukasi masyarakat, baik secara online, ofline di berbagai media massa tentang tugas dan fungsi psikiater.
Sebab, dia mengaku masih banyak masyarakat beranggapan kalau berobat atau konsultasi ke psikiater adalah sakit jiwa. “Yah ironis sih kadang merasa gimana gitu, kalo saudara atau dirinya dikonsulkan ke psikiater, langsung merasa ada label sakit jiwa. Beda kalau dikonsulkan ke dokter jantung, nggak malu-maluin dan terkesan penyakit yang bergengsi,” kata Elmeida Effendy kepada wartawan, Selasa (15/2/2022).
Disebutkannya, stigma bahwa orang yang dikonsulkan ke psikiater adalah orang yang sakit jiwa ini tampaknya masih erat melekat di berbagai kalangan. “Masih banyak yang belum paham apa sih psikiater, apa fungsinya. Kalau di negara maju merupakan hal yang biasa bahwa orang-orang hebat punya psikiater sendiri, tempat sharing berbagai permasalahan hidup,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, dalam kehidupan sehari-hari apapun profesinya, senantisa mengalami beragam persoalan hidup, yang penting adalah bagaimana bisa tetap mengatasi persoalan tersebut atau beradaptasi.
“Pergesekan antara rekan kerja, rasa tidak mendapat perlakuan yang adil dan pantas terkadang membuat jiwa kita merasa tidak terima dan tertekan. Timbulnya hal-hal di luar prediksi kita sedikit banyaknya akan membuat diri kita yang notabene normal rada terguncang. Dengan berkonsultasi ke psikiater, semoga terdapat pencerahan dan kita bisa lebih menerima apa yang kita alami dan bereaksi dengan cara yang elegant, tidak saling cari kambing hitam dan saling menyalahkan,” jelasnya lagi.
Dengan konsultasi ke psikiater, lanjutnya, mungkin bisa diurai apa apa saja permasalahan yang dihadapi dan bersama psikiater bisa menyusun langkah bijaksana apa yang akan diambil. “Intinya bagaimana kita bisa mengubah apa yang bisa kita ubah dan menerima apa yang tidak bisa kita ubah dengan lebih legawa,” tuturnya.
Dia juga menjelaskan soal tes kejiwaan. Selama ini banyak yang beranggapan kalau tes tersebut untuk menegakkan diagnosa gangguan jiwa. “Tes kejiwaan juga bukan untuk menegakkan ada tidaknya gangguan jiwa, tapi bisa untuk mendeteksi berbagai kondisi psikis yang tengah dialami seseorang. Misal mendeteksi gangguan tidur, gangguan makan, tingkat kecemasan, gangguan seksual, kualitas hidup, bagaimana seseorang bereaksi dengan orang lain, bagaimana sifat sehari hari dan lain-lain,” pungkasnya.
“Oleh karena itu, merupakan tugas bersama para psikiater agar dapat lebih aktif mengedukasi masyarakat baik secara online, offline di berbagai media massa, baik surat khabar, TV, radio, media online sehingga masyarakat tahu apa sebenarnya tugas dan fungsi psikiater tersebut dan perlahan tapi pasti bisa mengikis stigma tersebut. Salam sehat jiwa,” tutupnya. (SC03)