Jaksa Hadirkan Saksi Pelapor Dalam Sidang Dugaan Penganiayaan di Panti Rehab Langkat

Sumutcyber.com, Langkat – Jaksa Penuntut Umum (JPU) hadirkan satu saksi pelapor Kompol Heri Sofyan SH (55) yang bertugas di Polda Sumatera Utara dalam sidang lanjutan dugaan penganiayaan di tempat rehab milik Bupati Langkat nonaktif Terbit Rencana Peranginangin (TRP), dengan terdakwa IS dan HS, nomor perkara 468/Pid.B/2022/ PN Stabat.

Adapun sidang lanjutan tersebut masih beragendakan mendengarkan keterangan saksi. Sidang yang dipimpin oleh Ketua Majelis Hakim Halida Rahardhini SH, MHum beserta dua orang Hakim anggota itu digelar di ruang sidang Prof Dr Kusumah Admadja Pengadilan Negeri Stabat, dan diikuti secara virtual oleh terdakwa HS dan IS yang berada disalasatu ruangan di Rutan Tanjung Gusta Medan, Rabu (31/8/2022)

Bacaan Lainnya

Dimana saat sidang dimulai Ketua Majelis Hakim Halida Rahardhini SH, MHum mencecar beberpa pertanyaan kepada saksi pelapor dengan menyampaikan, saksi dihadirkan dalam persidangan tahu dalam permasalan apa.?

“Permasalahan kasus kerangkeng milik mantan Bupati Langkat nonaktif Terbit Rencana Peranginangin (TRP),” ujar saksi pelapor.

Lanjutnya saat dicecar Ketua Majelis Hakim Halida Rahardhini SH MHum, Kompol Heri Sofyan sebagai saksi pelapor menjelaskan, penyelidikan perkara tersebut berdasarkan laporan Model A (laporan yang dibuat polisi). “Waktu penyelidikan, diduga kedua terdakwa adalah pelakunya,” terang Kompol Heri.

Saksi menambahkan, terdakwa HS dan IS terkait dengan meninggalnya Abdul Sidik Isnur alias Bedul (almarhum) warga Sawit Seberang, Kabupaten Langkat pada 2019 silam. Dia juga mengatakan, sudah melakukan wawancara dengan keluarga korban.

Dari hasil ekshumasi (pembongkaran kuburan) korban, terdapat adanya kekerasan pada tubuh Bedul. Dari keterangan para saksi, wajah korban dipukul dan terantuk ke tiang dan mengalami sakit.

Korban juga disuruh melakukan sikap tobat oleh terdakwa. Selain itu disuruh bergantung monyet dan diselang (dicambuk). Sehingga, bebereapa hari kemudian setelah direhab, korban meninggal. “Selanjutnya, korban diantar ke rumah keluarganya di Sawit Seberang,” lanjut saksi.

Dari keterangan para saksi, kata Kompol Heri, jenazah Bedul tidak diizinkan untuk dibuka. Namun keluarga korban tetap memaksakan untuk membukanya. Begitu dibuka, ibu korban melihat ada bekas memar di wajah korban.

Kepada jaksa penuntut umum (JPU), saksi mengatakan, panti rehab tersebut ada dua kamar dan dapur serta kamar mandi. Dari keterangan saksi, orang yang baru direhab dimasukkan ke kereng 1 dan dilakukan kekerasan.

“Saat ke TKP, di depan kereng ada kursi kayu. Di bawahnya kami temukan selang kompresor warna hijau muda. Selang lainnya ditemukan di dapur dan satu selang lagi dari saksi Kurniawan Sitepu,” terang Kanit Subdit IV Jatanras Polda Sumut itu.

Namun, Kompol Heri tidak bisa memastikan bahwa barang bukti slang tersebutlah yang digunakan untuk menyelang korban. Kemudian timnya membuat berita acara penyitaan barang bukti ke pengadilan.

Kemudian, Ketua Majelis Hakim menegaskan, barang bukti yang dihadirkan tidak bisa dipastikan digunakan untuk menganiaya korban. “Berdasarkan KUHAP, yang seharusnya disita adalah yang berhubungan langsung dengan tindak pidana,” tegas Halida.

Kepada Mangapul Silalahu, Penasihat hukum (PH) para terdakwa, Kompol Heri menjelaskan, korban pernah terlibat pencurian. Karena keresahan warga, disepakati untuk membina korban ke panti rehab milik TRP.

Bersama terdakwa HS dan IS dan Polsek Padang Tualang, korban diantar ke panti rehab dengan tangan diborgol. Camat Sawit Seberang, lurah dan keluarga korban juga ikut mengantarkan Bedul.

“Dari keterangan saksi – saki, korban tidak langsung meninggal usai masuk ke panti rehab. Ada beberapa hari menjalani rehab, lebih kurang enam hari di sana. Kemudian korban dikabarkan meninggal,” tutur Kompol Heri.

Usai pemeriksaan saksi tersebut, Ketua Majelis Hakim memutuskan untuk melanjutkan sidang Rabu (7/9/2022) mendatang. Demikian juga perkara nomor 467/Pid.B/2022/PN Stb dan 469/Pid.B/2022/PN Stb. Sidangnya ditunda karena para saksi tidak dapat hadir.

Di luar persidangan, Mangapul Silalahi selaku penasehat hukum terdakwa  mengatakan, sebelum masuk ke panti rehab, Bedul dimassa karena mencuri plastik. Saat itu, ada pemukulan dibagian kepala Bedul oleh keluarga korban pencurian tersebut.

“Kami akan siapkan dokter forensik yang bisa menggambarkan luka yang menjadikan endapan di otak. Nantinya akan dijelaskan, berapa hari kemudian bisa mengakibatkan kematian,” terang Mangapul.

Satu catatan, kata Mangapul, pada persidangan sebelumnya majelis sudah sepakat agar slang tidak dihadirkan sebagai barang bukti. “Sidang sebelumnya Majelis sudah sepakat agar selang tidak dijadikan barangbukti, karena saksi yang diperiksa tidak bisa memastikan slang tersebut,” pungkasnya. (SC-TPA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *