Sumutcyber.com, Medan – Koordinator Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat RSUP HAM Dr. dr. Elmeida Effendy, M.Ked, SpKJ (K), menyebutkan, meski memiliki manfaat medis, ganja juga bisa menimbulkan efek negatif jika dikonsumsi berlebihan.
“Jika ada obat lain yang mungkin lebih efektif dan tentu saja legal, kita belum harus beralih ke tanaman ini, karena di Indonesia pemakaian ganja sebagai obat belum dilegalkan,” kata dr. Elmeida dalam Webinar yang diselenggarakan RSUP H. Adam Malik, guna memperingati Hari Anti Narkoba Internasional 2021, Kamis (24/6/2021).
Dalam tema Webinar tersebut, yakni “Perang Melawan Narkoba (War on Drugs) di Era Pandemi Covid-19, Menuju Indonesia Bersih Narkoba”, Elmeida mengatakan, efek negatif dari mengkonsumsi ganja berpengaruh pada otak. Sebab, bahan aktif dalam mariyuana (ganja), delta-9 tetrahydrocannabinol atau THC, bekerja pada reseptor kanabinoid pada sel-sel saraf dan memengaruhi aktivitas sel-sel tersebut.
“Beberapa area otak memiliki banyak reseptor cannabinoid, tetapi area otak lainnya hanya memiliki sedikit atau tidak ada sama sekali. Maka konsumsi dalam dosis tinggi akan menimbulkan gejala halusinasi, delusi, rusaknya daya ingat dan disorientasi, karena reseptor cannabinoid bekerja terlalu aktif,” jelasnya.
Dia menjelaskan, ganja mengganggu memori jangka pendek, daya nilai dan mengganggu persepsi, dapat mempengaruhi performans di sekolah atau di tempat kerja dan membuat bahaya saat menyetir. Ganja juga mempengaruhi sistem saraf yang sedang berkembang pada remaja dan dewasa muda, sehingga pemakaian regular pada remaja dapat mengakibatkan efek negatif dan bertahan lama pada perkembangan kognitif, pada remaja, menimbulkan kenyamanan pada remaja, membuat adiksi dan berbagai bentuk penggunaan bermasalah.
“Dalam jangka pendek, ganja membuat perubahan persepsi Indra seperti penglihatan lebih cerah, perubahan mood dan gerak tubuh, sulit berpikir dan menyelesaikan masalah, terganggu daya ingat, halusinasi, delusi, psikosis. Sedangkan jika ganja dikonsumsi dalam jangka panjang, maka ganja mempengaruhi perkembangan otak, mempengaruhi proses berpikir, daya ingat, penurunan IQ dan adiksi,” ungkapnya.
Selain memberikan efek negatif pada otak, lanjutnya, ganja juga memberikan efek pada jantung, tulang dan paru-paru. Pada jantung, ganja menyebabkan detak jantung meningkat 20-50 kali lebih banyak permenitnya, bahkan bisa lebih parah jika digunakan dengan obat-obat lain. Ketika tekanan darah dan detak jantung melonjak tajam, risiko terkena serangan jantung meningkat 4 kalinsatu jam setelah merokok ganja.
Sedangkan pada tulang, lanjutnya, orang yang merokok ganja dalam jumlah besar memiliki kepadatan tulang lebih rendah, akibatnya rentan mengalami patah tulang dan osteoporosis di kemudian hari.
“Pada paru, orang yang konsumsi ganja bisa mengalami masalah pernafasan yang sama dengan perokok tembakau seperti Marijuana mengandung lebih banyak hidrokarbon karsinogenik dibandingkan dengan asap tembakau, para perokoknya juga cenderung menghirup lebih dalam dan menahannya di paru-paru mereka, akibatnya risiko penyakit jauh lebih besar,” pungkasnya.
Begitupun, lanjutnya, ganja juga memberikan manfaat bagi kesehatan. Di antaranya mencegah glaukoma, berdasarkan penelitian yang dilakukan National Eye Institute ganja dapat menurunkan intraocular pressure (IOP) pada orang dengan tekanan normal dan orang-orang dengan glaukoma.
Efek ini mampu memperlambat proses terjadinya penyakit ini sekaligus mencegah kebutaan. Meningkatkan kapasitas paru Hal ini dikaitkan dengan cara penggunaan mariyuana yang biasanya diisap dalam-dalam. Oleh sebab itu, peneliti menyimpulkan hal ini mungkin menjadi semacam latihan untuk paru, dan manfaat lainnya. Namun, tentu saja paparan jangka panjang asap mariyuana dengan dosis tinggi bisa merusak paru-paru,” imbuhnya.
Ganja juga bisa mencegah kejang karena epilepsi, mematikan beberapa sel kanker kandungan dalam ganja yang bernama cannabidiol dapat menghentikan kanker dengan mematikan gen yang disebut Id-1. Mengurangi nyeri kronis, marijuana kerap digunakan untuk mengatasi rasa sakit kronis, karena mengandung cannabinoid yang bisa membantu menghilangkan rasa nyeri ini.
Ganja bisa memperlambat perkembangan Alzheimer, yakni THC mampu memperlambat pembentukan plak amiloid. Plak-plak yang terbentuk ini bisa membunuh sel-sel otak yang berkaitan dengan alzheimer. Kemudian, THC membantu menghalangi enzim pembuat plak ini di otak agar tidak jadi terbentuk.
“Dalam keperluan medis, cara menggunakan ganja melalui dihirup melalui perangkat yang disebut vaporizer, dimakan dicampur dalam masakan, dioleskan ke kulit dalam bentuk lotion, minyak atau krim. Diteteskan langsung di lidah dan diminum langsung,” tambahnya. (SC03)