Predator Seksual Anak Harus Ditangkap, Pengamat: Orangtua Mulai Resah

Sumutcyber.com, Medan – Pengamat Hukum dan Sosial Sumut Eka Putra Zakran, SH, MH mengecam keras tindakan pencabulan yang dilakukan oleh sekelompok pria bertopeng terhadap anak  10 tahun, di kawasan Medan Amplas pada 27 Agustus 2021 yang lalu.

Epza meminta aparat kepolisian supaya segera menangkap predator seksual anak itu. “Karena terus terang masyarakat mulai resah. Nggak usah jauh-jauh, selaku orang tua saya sangat resah atas kejadian tersebut,” katanya, Senin (6/9/2021).

Bacaan Lainnya

Dia mengungkapkan, adanya kasus predator seksual anak ini bisa membuat Medan menjadi kota tak aman bagi anak. “Pelakunya bukan hanya satu orang, tapi berkelompok, kabarnya ada 10 orang, gawat. Kalau begini ceritanya, Medan mulai tak amanlah. Medan darurat predator seksual anak. Harus dihentikan tindak kriminal menjijikkan ini,” tegasnya.

Selaku alumni Magister Hukum Kesehatan UNPAB, anggota DPC Peradi Medan dan juga Kepala Divisi Infokom KAUM, dia kembali meminta Kapolrestabes Medan untuk turun tangan menangkap para pelaku pedofil tersebut.

“Siapa yang gak resah kalau keamanan dan ketertiban masyarakat terganggu, khususnya keamanan terhadap jiwa, psikologis dan tumbuh kembang anak,” ujarnya.

Menurutnya, kasus pelecehan seksual di Amplas yang dilakukan sekelompok manusia bertopeng ini, diduga ada gerakan terstruktur dan massif. Artinya kejahatan yang mereka lakukan itu bersifat terencana.

“Nah, jangan sampai ada mangsa berikutnya yang menjadi korban. Tahun 2016 Presiden Jokowi telah menetapkan bahwa kekerasan seksual terhadap anak merupakan kejahatan luar biasa (extraordinary crime). Sebab itu penanganannya pun harus extraordinary, nggak bisa parsial tapi harus simultan dan komprehensif. Sudah sepatutnya Kapolrestabes yang turun tangan memburu pelaku, karena sampai saat ini para pelaku predator seksual anak ini masih berkeliaran bebas,” imbuhnya.

Tindak pidana pencabulan terhadap anak, selain meresahkan masyarakat, juga memberikan dampak buruk secara psikologis terhadap anak. Anak akan menjadi takut dan traumatik. Selain itu juga berdampak buruk terhadap tumbuh kembang anak, khususnya terhadap korban dan secara umum terhadap anak-anak yang ada di Kota Medan.

“Termasuk anak-anak saya di rumah. Apalagi pelaku terhadap RAP ini berjamaah atau berkelompok, harus ditumpas sampai ke akar-akarnya. Kita khawatir kalau para pelaku tidak segera ditangkap terjadi peristiwa yang sama, sehingga anak-anak yang lain akan menjadi korban dan masyarakat tentu semakin resah, khususnya omak-omak jadi semakin tidak tenang,” imbuhnya.

Dia mengharapkan, Kota Medan ini aman, jauh dari ganggungan kejahatan dan tindak pidana lainnya. “Jujur sata was-was pula kita meninggalkan anak-anak di rumah. Hemat saya, munculnya aksi predator seksual anak oleh sekelompok manusia bertopeng dan perampokan toko emas di Simpang Limun beberapa hari terakhir ini, seolah menunjukkan Kota Medan sedang terancam oleh aksi kejahatan,” demikian Epza. (SC03)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *