UMA Laksanakan Sholat Idul Adha dan Kurban 22 Ekor Sapi dan 9 Kambing

Suasana penyembelihan hewan kurban di Kampus 1 UMA Jalan Kolam Medan Estate, Jumat (6/6/2025) pagi.

Medan – Keluarga besar Universitas Medan Area (UMA) bersama masyarakat sekitar kampus melaksanakan shalat Idul Adha 1446 H/2025 M, Jumat (6/6/2025) di Masjid At-Taqwa Kampus I UMA Jalan Kolam Medan Estate.  Shalat Idul Adha diimami Alhafiz M Nazri SPd.I, MPd dan khatib Prof H Hasanuddin, PhD.

Tampak hadir Ketua Yayasan Pendidikan Haji Agus Salim (YPHAS) Drs HM Erwin Siregar MBA, Sekretaris Yayasan Dr Akbar Siregar MSi, Rektor UMA Prof Dr Dadan Ramdan MEng MSc, Wakil Rektor Bidang Penjaminan Mutu Pendidikan dan Pembelajaran Sherlly Maulana, ST, MT, Wakil Rektor Bidang Mutu SDM dan Perekonomian Dr. Dedi Sahputra, S.Sos, MA, Wakil Rektor Bidang Minat Bakat dan Karir Dr. Rizkan Zulyadi, SH, MH, Wakil Rektor Bidang Riset, Publikasi dan Kemitraan Dr. Ir. Rahmad Syah, M.Kom Asean, Eng, APEC, Eng, Direktur Pascasarjana Prof Dr Ir Retna Astuti Kuswardani, MS, Ketua Prodi Program Doktor Ilmu Pertanian Prof Ir Zulkarnain Lubis, MS, PhD, para dekan, kepala biro, kepala lembaga, dosen dan pegawai di lingkungan UMA.

Rektor UMA Prof Dadan Ramdan kepada wartawan seusai sholat Idul Adha mengatakan, pesan-pesan yang bisa diambil dari Idul Adha adalah keteladanan dan ketaatan Nabi Ibrahim Alaihissalam (AS) dan Nabi Ismail AS dalam melaksanakan perintah Allah SWT apapun perintahnya.

“Jadi kita harus siap mental untuk berkurban. Segala yang kita miliki harus ikhkas mengorbankannya sebagai bukti keimanan kita kepada Allah SWT. Dan itu sudah dicontohkan Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail. Itu harus kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus siap berkurban untuk agama Allah SWT dan syiar Islam,” kata rektor.

Bacaan Lainnya
banner 1000x100

Rektor menyatakan, UMA selalu berkomitmen menjaga dan melaksanakan keteladanan Nabi Ibrahim yang diaplikasikan dalam kehidupan kampus. Terbukti keluarga besar UMA bersama Yayasan Pendidikan Haji Agus Salim selalu menyisihkan sebagian dananya untuk berkurban sapi atau kambing. “Ini salah satu bukti kita terus meneladani Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, mudah-mudahan ini berlanjut dan terus meningkat ke depannya,” ucap Prof Dadan.

Sementara itu, Prof Hasanuddin dalam khutbah Idul Adhanya bertema “Aktualisasi Keteladanan Ibrahim Alaihissalam” mengatakan,
Nabi Ibrahim adalah sosok pribadi yang sukses dalam memimpın keluarganya. Sehingga keluarganya menjadi keluarga yang memiliki visi-misi yang benar dan mampu berlayar mengarungi bahtera kehidupan di atas visi-misi mulia itu.

“Keluarga Ibrahim adalah keluarga muwahhid. Visi akherat, ketaatan dan keikhlasan yang dibangun Ibrahim menjadikan istrinya, Sarah, Hajar dan putra-putranya selalu tunduk dan taat dalam melaksanakan perintah Allah, walaupun perintah itu berat sekalipun,” kata Guru Besar Fakultas Psikologi UMA ini.

Dikatakan, sikap sabar dan tawakkal yang kokoh selalu menjadi solusi instan dan semua kisah tugas berat kepada mereka. Komunikasi yang baik antarmereka juga menjadikan semua tugas berat itu dapat dilalui dengan penuh kesabaran dengan ending yang penuh kebahagiaan.

“Di saat mendapatkan perintah dari Allah untuk berjalan dari Palestina menuju Makkah bersama Siti Hajar dan anaknya, mereka tunduk dan patuh. Padahal itu perjalanan yang jauh dan tidak pernah terbayang seperti apa tempat yang dituju. Dan ternyata, tempat itu penuh gunung batu, pasir yang tandus, kering tanpa ada penghuni dan tidak ada tanda-tanda kehidupan,” tutur mantan Dekan Fakultas Psikologi UMA ini.

Perintah berikutnya, kata Hasanuddin, lebih mengagetkan lagi. Ketika sudah tiba di lembah Bakkah, datang perintah Allah kepada Ibrahim, “Tinggalkan istri dan anakmu di lembah ini wahai Ibrahim.”

Jangan tanya betapa beratnya perasaan Ibrahim saat itu, harus meninggalkan istri yang dicintainya dan anak semata wayang yang sudah puluhan tahun dirindukan kelahirannya. Jangan tanya betapa bergolaknya hati Hajar ibu muda yang baru melahirkan, ditinggal di tempat asing, hanya bersama bayi yang baru lahir. Sendiri, sepi, panas menyengat di siang hari dan dingin mencekam di malam hari, tak ada tempat berteduh dan berbaring.

Ketika Ibrahim melangkah pergi, wajar jika Hajar mengejar Ibrahim dan bertanya-tanya. “Wahai Ibrahim, apakah Ibrahim, apakah engkau tega meninggalkan istri dan anakmu di sini sendirian?”

Ibrahim diam dan tetap melangkah pergi tanpa menjawabnya. Berkali-kali Hajar bertanya dan Nabi Ibrahim tetap diam tidak menjawabnya. Hingga akhirnya Hajar mengubah pertanyaannya “Wahai Ibrahim, apakah ini perintah Allah?”. Ibrahim berhenti sejenak dan menjawab, “Iya, betul”.

Hajar berhenti mengejar, tidak bertanya lagi dan berkata, “Jika ini perintah Allah, pergilah wahai Ibrahim karena pasti Allah tidak akan menyia-nyiakan kami di sini.”

Menurut Prof Hasanuddin,
itulah momentum akal berhenti di hadapan perintah wahyu. Keraguan menjadi keyakinan dan kepasrahan tanpa pertanyaan. Inilah watak dari kerja iman. Keyakinan selalu melampui batas kemampuan akal. Hingga akhirnya Allah memberi solusi instan atas ketundukan, ketaatan dan kepasrahan itu dengan munculnya mata air kehidupan yang tidak pernah berhenti mengalir hingga kini yaitu air zam-zam.

“Sejak itulah Makkah menjadi simbol arah kehidupan baru umat manusia karena ada Ka’bah yang menjadi pusat peribadatan dengan jutaan orang datang setiap tahunnya. Ketika Ismai tumbuh menjadi remaja yang menggemaskan, tiba-tiba datang perintah dari Allah untuk menyembelihnya. Dengan tangannya sendiri. Jangan ditanya betapa beratnya perintah Allah ini.

Tapi, kembali tinta emas sejarah mencatat, Ibrahim dan keluarganya mampu melaksanakan perintah ini. Keteladanan dalam ketundukan, ketaatan, kesabaran dan sikap tawakkal dalam menjalani perintah Allah kembali ditunjukkan oleh Ibrahim dan keluarganya. Bahkan Ismail kecil, dengan suara tegas dan tanpa gentar, berucap di hadapan Bapaknya: “Duhai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, engkau insyaAllah akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. AshShaffat Ayat 102)

“Itu semua karena suksesnya Ibrahim dalam memimpin keluarganya dan mendidik mereka dengan pendidikan tauhid,” ucap Hasanuddin.

Seusai pelaksanaan sholat Idul Adha, seluruh jemaah makan atau sarapan bersama. Setelah itu, panitia melaksanakan penyembelihan hewan kurban.

Wakil Ketua II BKM At Taqwa UMA Dr Abdul Haris, SAg, MSi didampingi Sekretaris Dr. Fauzi Wikanda, M.Pd.I, dan Koordinator Bidang Ibadah dan Kemakmuran Masjid Dr Riski Pristiandi, MPemI, menjelaskan, penyembelihan hewan kurban tahun ini sebanyak 31 ekor terdiri dari 22 ekor lembu dan 9 ekor kambing yang dibagikan kepada kaum muslimin, staf dan dosen serta masyarakat di sekitar kampus. (SC08)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *