Sumutcyber.com, Tanjungbalai – Rumah Sakit Umum (RSU) Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai membantah melakukan pembiaran atau tidak memberikan pelayanan kepada M. Andi, korban pembacokan yang viral di media sosial (Medsos).
Mereka juga membantah petugas medis jaga saat M. Andi masuk ke RS tersebut, sedang bermain kartu di lingkungan RS di jalan Mayjen Sutoyo, Kel. Perwira, Kec. Tanjung Balai Selatan, Kota Tanjungbalai.
Direktur Rumah Sakit Umum (RSU) Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai dr. Tengku Mestika Mayang melalui KTU dr. Andrew G. Sitorus didampingi Ikhsan selaku Humas (RSUD) mengatakan, tim medis yang saat itu piket sudah melaksanakan tugas sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP).
Namun hasil pemeriksaan dokter yang sedang piket, korban harus dilarikan ke rumah sakit di Medan yang fasilitas dan dokternya lebih lengkap melihat kondisi pasien mengalami luka bacok yang serius di tubuhnya.
‘”Pihak medis kami meminta kepada keluarga agar si korban untuk dirujuk ke RS yang berada di Medan dan menyiapkan biaya sebesar Rp15.000.000, untuk biaya tonggok atau uang deposit. Pihak keluarga pun bermupakat, jadi karena proses menunggunya kemufakatan mereka yang tidak mempunyai biaya apa-apa, dianggaplah ada pembiaran/telantarkan oleh pihak kami,” jelasnya dr. Andrew
Ditempat yang sama, Ikhsan menjelaskan pada malam kejadian ia berada di lokasi, bahwa pihaknya sudah memberi penjelasan terhadap keluarga korban dan polisi yang mengantar tentang biaya yang diminta tersebut. Disinggung terkait mengharuskan korban dibawa ke RS di Medan, ia juga mengatakan tidak ada bahasa mengharuskan tetapi kita sudah menghubungi dan berkoordinasi dengan empat rumah sakit yang ada di Medan.
“Uang yang kita minta Rp15 juta itu bukan untuk rumah sakit kita, tapi RS di Medan yang minta, dan kita sudah telepon malam itu juga 4 rumah sakit yang berada di Kota Medan, namun hanya salah satu RS yang menerima,” ucap Ihsan.
Ihsan juga mengatakan, pasien memang memiliki kartu BPJS Kesehatan, namun karena luka yang dialami tidak ditanggung pihak BPJS. Oleh sebab itu rumah sakit yang di Medan meminta uang deposit untuk jaminan.
“Karena kan ada kriteria yang ditanggung BPJS, misalnya kecelakaan dalam keadaan mabuk, itu tidak ditanggung oleh BPJS, makanya setelah kita kirim data beserta foto, pihak RS di Medan minta deposit khawatir apa yang dialami pak Andi tidak ditanggung oleh BPJS,” tuturnya.
“Soal tidak dilayani dan tidak terpuaskan atas pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Tengku mansyur Kota Tanjungbalai, bukan tidak dilayani luka bacokan tersebut kalau lah tidak dilayani pasti sudah menguras habis darah dengan waktu dua jam kalau memang tidak melayani pastilah si korban tidak terselamatkan dengan kondisi darah yang terus berkeluaran. Kenapa dalam waktu 2 jam terkesan tidak kami layani, karena kami masih menunggu kesiapan pihak keluarga korban untuk mencari biaya,” tegas Ihsan.
“Saya hubungi pakai telpon dan langsung saya speaker kan di depan bapak polisi yang mengantar korban dan keluarga, artinya kami tidak mau nanti ada dugaan lain terhadap rumah Sakit umum dr. Tengku Mansyur dan saya memohonkan agar terfasilitasi kami merujuk ke Medan biaya korban tidak ada. Kita negosiasikan dan kita bantu dari pihak rumah sakit umum selaku humas, kami minta kurangi angka depositnya jangan lagi Rp15.000.000 atau Rp10.000.000, tapi Rp5 juta lah dulu dibawa. Dari pihak Kapolsek memberi bantuan sebesar Rp7.500.000 untuk dibawa istri korban ke Medan setelah biaya di berikan kepada istri korban, lalu memberangkatkan memakai ambulance rumah sakit umum dr. Mansyur kota Tanjungbalai,” lanjut Ikhsan
Sesampainya di Medan, lanjut Ikhsan, sekira pukul 11:00 wib keluarga korban menelpon mengatakan bahwa pihak RS meminta harus ada biaya Rp15.000.000, untuk biaya penanganan operasi korban.
Iksan menambahkan Dirut RSUD Tengku Mansyur sudah memberi sanksi tegas dengan langsung menonaktifkan untuk beberapa bulan kedepan ke semua yang terlibat dalam kejadian malam tersebut. Termasuk salah satu dokter yang sedang tidak piket namun sedang duduk bersama security.
Terkait dugaan tenaga medis bermain judi di area rumah sakit, Ikhsan membantah bahwa tidak ada perjudian dengan menggunakan kartu di lingkungan rumah sakit umum.
“Pada saat malam kejadian, saya juga berada di lokasi, mereka yang ada dalam video bukan bermain judi, tapi sedang mengisi waktu luang untuk menghilangkan ngantuk dan salah satu yang ada dalam video adalah dokter yang sedang tidak bertugas, dan saya selaku humas memastikan hal tersebut untuk malam kejadian dinyatakan nya tidak ada perjudian”, tegasnya Ikhsan. (SC-HNS)