Medan – Direktur Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Medan, dr. Rehulina Ginting, M.Kes, resmi membuka workshop bertema Safe Hospital di Aula Tower A RS Haji Medan, Selasa (25/9/2024).
Workshop ini bertujuan meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam menghadapi situasi darurat maupun bencana.
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian program peningkatan kapasitas yang secara rutin dilaksanakan oleh RSU Haji Medan, termasuk seminar, workshop, dan diklat.
Dalam sambutannya, dr. Rehulina menekankan pentingnya konsep Safe Hospital, yakni memastikan rumah sakit tetap dapat beroperasi secara maksimal sebelum, selama, dan setelah keadaan darurat terjadi. “Tujuan utama Safe Hospital adalah menurunkan risiko keselamatan, meningkatkan akuntabilitas, menciptakan budaya kerja yang mendukung keselamatan pasien, serta mengurangi kejadian yang tidak diharapkan,” ujar dr. Rehulina, Selasa (24/9/2024)
Workshop ini turut dihadiri Kabag Umum RS Haji, Dr Aria Novita Pasaribu, Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan, drg. Fitrady Ulianda Siregar, M.Kes, dan Wadir Perencanaan & Keuangan RSU Haji Medan, Fahrial Mirwan Hasibuan, SKM, M.KM, M.Med.Sc.
Rehulina juga menambahkan, Safe Hospital merupakan langkah strategis untuk melindungi pasien, tenaga medis, dan masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan. Workshop ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan seluruh peserta mengenai konsep tersebut, sehingga dapat diterapkan dengan baik di RSU Haji Medan dan menjadi contoh bagi rumah sakit lain di Provinsi Sumatera Utara.
“Kami berharap para peserta dapat mengikuti workshop ini dengan serius, agar ilmu yang didapat bisa bermanfaat bagi peningkatan layanan RSU Haji dan Sumatera Utara secara keseluruhan,” lanjutnya.
Workshop ini menghadirkan narasumber yang berpengalaman dalam bidang manajemen rumah sakit dan kesiapsiagaan bencana, yang akan membagikan pengetahuan serta pengalaman dalam menjalankan Safe Hospital di berbagai kondisi darurat. Di akhir sambutannya, dr. Rehulina secara resmi membuka workshop ini dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim.
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam memperkuat komitmen RSU Haji Medan terhadap peningkatan keselamatan dan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Wakil Direktur Umum dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Haji Medan, Ridesman Nasution, SH, SKM, M.Kes, menyampaikan apresiasi kepada media atas perhatian mereka terhadap kegiatan yang diadakan di RS Haji Medan. Dalam workshop bertema Safe Hospital ini, Ridesman menjelaskan bahwa RS Haji Medan sedang mempersiapkan diri untuk mencapai standar internasional dalam hal kesiapsiagaan menghadapi bencana.
“Kita sedang mengembangkan RS Haji Medan agar bertaraf internasional, dengan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Sumatera Utara (USU), dan kolaborasi internasional yang dapat memfasilitasi pengembangan rumah sakit ini,” ujar Ridesman.
Workshop ini, menurut Ridesman, merupakan bagian dari upaya peningkatan kapasitas rumah sakit dalam menghadapi bencana. Tujuannya adalah memastikan bahwa RS Haji Medan tetap dapat berfungsi optimal, meskipun terkena dampak bencana.
“Rumah sakit harus tetap siap memberikan pelayanan kepada masyarakat, bahkan saat terjadi bencana. Jangan sampai bencana membuat rumah sakit lumpuh dan tidak bisa berfungsi. Ini adalah esensi dari konsep Safe Hospital yang kita gagas melalui workshop ini,” jelasnya.
Dalam workshop ini, berbagai persiapan dilakukan, mulai dari kesiapan sumber daya manusia, peralatan, hingga tata kelola. Ridesman menekankan pentingnya skenario penanganan bencana, seperti bagaimana menangani gedung yang rusak atau bagaimana memindahkan pasien ke fasilitas terdekat saat terjadi bencana.
“Skernario-skernario ini harus dipersiapkan dengan baik. Misalnya, jika gedung rumah sakit rusak, ke mana pasien akan dipindahkan? Bagaimana mempersiapkan tenda darurat? Semua ini sudah harus ada rencananya dalam dokumen-dokumen yang kita susun melalui workshop ini,” tambah Ridesman.
Ia juga menggarisbawahi bahwa workshop ini tidak berhenti pada sesi pelatihan saja. Ke depannya, RS Haji Medan akan menindaklanjuti dengan penyusunan dokumen dan skenario lengkap untuk menghadapi bencana. Selain itu, Ridesman menekankan pentingnya edukasi dan pelatihan rutin agar seluruh sumber daya manusia di rumah sakit selalu siap dan waspada terhadap potensi bencana.
“Kami berharap workshop ini akan terus berlanjut dengan berbagai persiapan lainnya, termasuk dokumen dan skenario menghadapi bencana. Edukasi dan pelatihan bagi staf rumah sakit juga sangat penting agar mereka selalu waspada dan siap menghadapi situasi darurat,” tutupnya.
Ketua Tim Pengabdian LPPM Universitas Sumatera Utara (USU), Dr. Ilham Abdullah Irsyam, menjelaskan pentingnya penerapan konsep Safe Hospital untuk memastikan rumah sakit tetap beroperasi normal dalam situasi bencana, terutama bencana alam besar yang sering terjadi di Indonesia. Menurutnya, rumah sakit menjadi salah satu fasilitas yang paling dibutuhkan saat terjadi bencana, sehingga keberlangsungan operasionalnya harus dipastikan agar mampu menangani lonjakan jumlah pasien.
“Safe Hospital itu tujuannya memastikan rumah sakit tetap bisa berjalan seperti biasanya, bahkan ketika terjadi bencana alam. Di Indonesia, yang sering dilanda bencana alam, rumah sakit menjadi tempat yang pertama dicari. Maka, kita harus memastikan rumah sakit tetap beroperasi dan bisa melayani lebih banyak pasien,” ungkap Dr. Ilham.
Ia juga menambahkan bahwa dalam kondisi normal, penerapan Safe Hospital tidak menimbulkan masalah yang berarti. Namun, yang terpenting adalah adanya pelatihan berkelanjutan seperti workshop yang digelar saat ini, serta pembuatan Standard Operating Procedure (SOP) dan dokumen-dokumen pendukung yang menjamin kesiapan rumah sakit ketika bencana terjadi.
“Melalui workshop ini, kita melatih tim rumah sakit agar memahami dan siap menghadapi situasi darurat. Kami juga menyusun SOP dan dokumen pendukung lainnya yang memastikan rumah sakit aman jika terjadi bencana,” jelasnya.
Dr. Ilham menjelaskan bahwa konsep Safe Hospital melibatkan tidak hanya kesiapan rumah sakit menghadapi insiden internal seperti kecelakaan di dalam lingkungan rumah sakit, tetapi juga kesiapan menghadapi bencana eksternal yang melibatkan wilayah sekitar.
“Kalau kita bicara Safe Hospital, itu tidak hanya tentang insiden internal di dalam rumah sakit. Kita berbicara tentang kesiapan rumah sakit untuk menghadapi bencana di wilayah sekitar dan bagaimana mereka tetap bisa melayani pasien meskipun ada bencana besar,” tambahnya.
Ia juga menyebut bahwa evaluasi terhadap kesiapan rumah sakit dalam menghadapi bencana dapat dilihat melalui indeks keselamatan rumah sakit atau Hospital Safety Index, yang mengukur kemampuan tim rumah sakit dalam merespons dan menangani situasi darurat. “Indeks ini akan menjadi salah satu panduan penting dalam memastikan rumah sakit aman dan siap menghadapi bencana,” tutupnya.
Di tempat yang sama, narasumber Ketua Pengurus Daerah Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Sumatera Utara, Destanul Aulia, menyoroti pentingnya peningkatan standar Safe Hospital di rumah sakit-rumah sakit Sumatera Utara. Menurutnya, ada banyak aspek yang perlu diperhatikan dalam penerapan Hospital Safety Index, baik dari segi struktural maupun operasional.
“Kita harus melihat bahwa banyak aspek yang terlibat, seperti aspek struktural dan operasional. Dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini, kami berupaya mentransfer pengetahuan kepada rumah sakit di Sumatera Utara agar mereka bisa memenuhi standar Hospital Safety Index yang baik,” ujar Destanul Aulia.
Menurutnya, kegiatan ini masih berada pada tahap pengenalan dan memberikan dasar-dasar pengetahuan kepada rumah sakit terkait pedoman kesiapsiagaan bencana. Beberapa rumah sakit telah mendapatkan fasilitas pelatihan dari Kementerian Kesehatan, termasuk pelatihan yang melibatkan berbagai pihak seperti RS Haji Medan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
“Kita sedang mendorong RS Haji Medan untuk menjadi model rumah sakit yang aman saat terjadi bencana. Meskipun bencana tidak bisa diprediksi, kita harus siap menghadapi segala kemungkinan,” tegas Destanul.
Destanul menjelaskan bahwa tim pengabdian bersama RS Haji Medan akan melakukan pendampingan untuk membantu rumah sakit menyusun dokumen Hospital Safety Index, mengidentifikasi aspek-aspek kesiapsiagaan, serta melakukan simulasi untuk melatih kesiapan rumah sakit.
“Kami akan melakukan simulasi, dan dengan ini, diharapkan rumah sakit di Sumatera Utara akan memiliki kebijakan dan pedoman yang jelas, sehingga rumah sakit siap menghadapi bencana,” tambahnya.
Dalam kegiatan ini, RS Haji Medan juga akan bekerja sama dengan pihak internasional, termasuk dari Korea. Menurut Destanul, seorang profesor dari Yonsei University akan memberikan pengalaman dan berbagi pengetahuan melalui konferensi daring terkait penerapan Safe Hospital di negara-negara yang sering mengalami bencana.
“Kami berharap, dengan adanya pengalaman internasional ini, RS Haji Medan bisa menjadi model rumah sakit dengan standar internasional dan siap menghadapi bencana,” tutupnya. (SC03)