Peran Kader Dalam Percepatan Eliminasi TBC di Kota Medan

Sumutcyber.com, Medan – Program pengendalian TBC telah menjadi prioritas dalam pembangunan nasional. Upaya penanggulangan tuberkulosis di Indonesia tahun 2020-2024 diarahkan untuk mempercepat eliminasi tuberkulosis pada tahun 2030, serta mengakhiri epidemi tuberkulosis di tahun 2050.

Di Kota Medan, salah satu upaya percepatan eliminasi TBC adalah melalui pelibatan kader. Kader memiliki banyak peran bagi pasien TBC, diantaranya meningkatkan penemuan kasus TBC, melakukan pelacakan pasien yang belum berobat dan mendorong pasien agar mau segera memulai pengobatan, memberikan edukasi dan motivasi bagi pasien dalam pengobatannya terutama bagi pasien yang mangkir berobat sehingga mau berobat kembali dengan patuh hingga tuntas.

Untuk itu, Dinas Kesehatan Kota Medan bersama Yayasan KNCV Indonesia dengan pendanaan USAID telah membekali 146 kader di Kota Medan dengan keterampilan pendampingan pasien TBC RO melalui Lokakarya Pendampingan Pasien TBC RO Terintegrasi Komunikasi dan Motivasi. Dua dari sekian banyak kader yang memiliki peran besar dalam upaya penanggulangan TBC di Kota Medan adalah Syaihatni dan Nora Florida.

Sebagai salah satu kader di Puskesmas Johor, Ibu Syaihatni (54 tahun) adalah salah satu yang mendapatkan peningkatan kapasitas untuk pendampingan pasien. Beliau merasakan manfaat dalam mendukung kinerjanya sebagai kader dalam melakukan pendampingan untuk pasien yang belum mulai pengobatan.

Bacaan Lainnya

“Pengalaman saya mendampingi pasien TBC RO, pada saat pertama kunjungan ke rumah pasien, pasiennya marah-marah karena beliau tidak terima bahwa dia didiagnosis TBC RO. Namun setelah saya berikan edukasi dan motivasi akhirnya si Ibu bisa menerima kenyataan sakitnya dan mau memulai berobat,” katanya.

Materi komunikasi dan motivasi yang beliau dapatkan dalam pelatihan. sangat membantu Ibu Syaihatni dalam melakukan pendampingan pasien di lapangan.  Beliau menambahkan bahwa dalam melakukan pendampingan tidak bisa dilakukan hanya dalam satu kali pertemuan saja, seringkali butuh beberapa kali kunjungan hingga akhirnya pasien mau memulai pengobatan.

“Salah seorang pasien yang saya damping pernah berkata: Ibu adalah malaikat yang nyata turun ke dunia untuk menyelamatkan saya,” ujar Ibu Syaihatni.

Ini merupakan salah satu hal yang memotivasi Ibu Syaihatni dalam menjadi kader TBC dan selalu aktif dalam membantu pasien di lingkungan dan kelurahan sekitar tempat tinggalnya. Lebih lanjut, beliau juga menyampaikan bahwa dukungan keluarga juga menjadi penyemangat untuknya dalam berkarya sebagai kader yang berperan dalam eliminasi TBC.

Sementara itu, tidak kalah pentingnya peran Nora Florida Sirait (51 tahun) dari Puskesmas Sei Agul. Ibu Nora telah menjadi kader kesehatan selama 20 tahun. Namun semangatnya tidak pernah pudar dalam menjalani perannya sebagai kader di masyarakat. “Saya merasa senang dan bangga bisa mengenal banyak orang dan memiliki pengalaman lebih terkait TBC, walaupun hanya bekerja secara sukarela.” Ujarnya. 

Ibu Nora menceritakan pengalamannya dalam memotivasi salah satu pasien TBC kebal obat yang enggan untuk memulai pengobatan. “Awalnya saya dapat info dari Bu Listi (Manajer Kasus TBC RO Kota Medan). Terus saya datangi pasien ini dan ajak untuk memulai pengobatan, saya melakukan pendekatan dengan menggunakan bahasa batak, kebetulan kita sesama orang batak dan juga istri pasien sangat antusias agar suaminya menjalankan pengobatan hingga sembuh. Syukurlah akhirnya sekarang pasien sudah memulai pengobatannya,” pungkas Ibu Nora.

Selain melakukan pendampingan bagi pasien TBC, Bu Nora juga berperan aktif mengikuti Musrenbang untuk mengusulkan dana untuk program TBC dalam APBD di tahun 2023. Beliau diundang oleh Kepala Kelurahan- Sei Agul sebagai salah satu peserta Musrenbang tingkat Kelurahan dan mengawal usulan kegiatan TBC hingga Musrenbang tingkat kecamatan Medan Barat. Ibu Nora mengatakan bahwa Kepala Kelurahan Sei Agul memberikan respon yang sangat positif terhadap usulan yang diajukan terutama untuk mendukung pasien TBC di lingkungan tempat tinggalnya. Di Musrenbang tingkat kecamatan, Ibu Nora ikut mengawal usulan kegiatan TBC dan memperoleh respon dan dukungan positif dari BAPPEDA. “Ini membuat saya sangat senang!” seru Bu Nora dengan mata berbinar.

Peran Ibu Syaihatni dan Ibu Nora sebagai kader kesehatan memberikan sumbangsih yang besar dalam program penanggulangan TBC di Kota Medan. Satu pasien yang sembuh dari TBC telah menyelamatkan banyak orang untuk terhindar dari penularan TBC di Kota Medan.  Pemerintah bergerak, kader bergerak, masyarakat bergerak, semua orang bergerak untuk eliminasi TBC 2030 bisa terwujud di Kota Medan. (SC03)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *