Pemkab Toba Paparkan Inovasi dan Kendala Saat Evaluasi Smart City 2024

Pemerintah Kabupaten Toba mengikuti Evaluasi Smart City Tahap 1 yang dilaksanakan dalam rangkaian Smart City Forum Tahun 2024 di The Meru Sanur, Denpasar, pada Rabu (26/6/2024). (Ist)

Toba – Pemerintah Kabupaten Toba mengikuti Evaluasi Smart City Tahap 1 yang dilaksanakan dalam rangkaian Smart City Forum Tahun 2024 di The Meru Sanur, Denpasar, pada Rabu (26/6/2024). Forum ini berlangsung dari tanggal 24 hingga 27 Juni 2024.

Dalam kesempatan tersebut, Kadis Kominfo Kabupaten Toba, Sesmon TB Butarbutar, memaparkan sejumlah inovasi dan rencana berkelanjutan dalam mewujudkan program Smart City di Kabupaten Toba.

Di hadapan asesor Rizky Putera dari Bappenas RI dan tim yang hadir secara online, yaitu Dwi Elfrida Martina, Teddy Sukardi, dan Erda Rindrasih, Sesmon memaparkan perkembangan terakhir di Kabupaten Toba yang mencakup 6 dimensi smart city: Smart Government, Smart Branding, Smart Economy, Smart Living, Smart Society, dan Smart Environment.

Inovasi Smart Governance meliputi adanya 10 aplikasi pemerintahan dan 11 layanan publik. Smart Branding mencakup bidang pariwisata dengan 3 pembangunan fasilitas pariwisata dan pelatihan kepariwisataan. Untuk daya saing bisnis, ada 7 inovasi dan 6 penataan ikon. Dalam Smart Economy, transaksi keuangan secara digital menggunakan QRIS telah diimplementasikan oleh 43 pelaku wisata yang sudah melakukan e-payment.

Bacaan Lainnya

Kemudian, dalam Smart Living di bidang kesehatan, terdapat 8 inovasi termasuk penggunaan SMRS RSUD Porsea. Dalam Smart Society, ada 4 inovasi di bidang ekosistem belajar dan pendidikan, termasuk aplikasi e-Pusda dan INLISLite (perpustakaan digital) serta 3 inovasi keamanan masyarakat, seperti aplikasi peta rawan, mitigasi dan pelaporan bencana, serta aplikasi layanan pengaduan masyarakat LA-PO (LAPOR POl PP).

Dalam Smart Environment, ada 5 inovasi, termasuk keberadaan 63 Bank Sampah yang tersebar di kecamatan dan desa/kelurahan.

Sesmon melanjutkan, kendala yang dihadapi Pemkab Toba dalam pengembangan Smart City adalah kurangnya penganggaran, minimnya SDM, serta masih adanya 36 desa yang merupakan area blankspot, dan hal lainnya.

“Kekurangannya adalah bagaimana mem-branding, khususnya promosi pariwisata untuk masyarakat luas,” katanya. Namun demikian, promosi akan dilakukan melalui aplikasi berbasis web.

Pemkab Toba akan tetap berusaha maksimal untuk mengoptimalkan Forum Smart City termasuk menggandeng mitra perusahaan BUMD dan BUMN yang ada di Kabupaten Toba, pungkas Sesmon.

Para asesor kemudian memberikan pertanyaan serta bimbingan dan arahan untuk pengembangan Smart City di Kabupaten Toba ke depannya.

Dwi Elfrida Martina menyarankan bahwa Pemkab Toba harus bekerja sama dengan pihak Kemendes mengenai aplikasi desa wisata.

“Toba itu sudah branding, sudah mendunia. Kontennya perlu diperbanyak. Bisa dengan cara menggandeng komunitas anak muda untuk promosi di media sosial,” katanya.

Asesor lainnya, Teddy Sukardi, menyoroti bidang smart governance terkait penilaian SPBE dan SIPD. Ia menganjurkan agar aplikasi berbasis Android yang tidak dirawat sebaiknya di-takedown, sementara aplikasi yang banyak diunduh saat ini di Kabupaten Toba adalah e-absensi pegawai.

Ke depannya, para asesor akan menindaklanjuti dengan mengajukan 100 pertanyaan yang akan dijawab Pemkab Toba dengan bukti pendukung.

Turut hadir dalam acara tersebut Asisten Perekonomian Jhony DP Lubis, Kadis Lindup dr. Rajaipan Sinurat, Plt. BPBD Robert Manurung, Kadis Perpustakaan TH Sitorus, Sekdis Kominfo Moses Simanjuntak, dan sejumlah staf. (SC-JT)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *