Jakarta – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK), Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, menggelar perayaan Hari Aksara Internasional 2024 di Jakarta, Jumat (27/9/2024).
Perayaan ini menjadi bentuk komitmen Kemendikbudristek terhadap program Sustainable Development Goals (SGDs) dalam penuntasan dan pemberantasan buta huruf, serta peningkatan literasi dan numerasi di semua jenjang dan jalur pendidikan, termasuk untuk pendidikan masyarakat dan pendidikan khusus.
Acara dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, perwakilan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), perwakilan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), dan berbagai elemen lain dalam ekosistem pendidikan.
Peringatan Hari Aksara tahun 2024 pada tingkat internasional mengusung tema “Promoting multilingual education: Literacy for mutual understanding and peace”, sedangkan tema pada tingkat nasional adalah “Penguatan Literasi Menuju Masyarakat yang Berkebinekaan Global dan Inklusif”.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Iwan Syahril, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa tema ini merupakan wujud semangat yang dibawa oleh Kemendikbudristek selama lima tahun melalui gerakan Merdeka Belajar, dalam upaya memperkuat kompetensi literasi, numerasi, dan karakter anak-anak bangsa, serta membangun pendidikan berkualitas, inklusif, dan berkeadilan bagi semua.
“Melalui tema ini, kita ingin terus menggemakan semangat dan harapan untuk melahirkan anak-anak bangsa yang memiliki karakter dan kompetensi yang didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila,” terang Iwan.
Dirjen Iwan menyampaikan bahwa kemajuan keberaksaraan atau literasi dan numerasi menjadi salah satu indikator dari kemajuan pembangunan masyarakat. Ia menegaskan, masyarakat melek aksara akan melahirkan bangsa yang lebih unggul, tangguh, dan mandiri. “Oleh karena itu, meningkatkan literasi masyarakat juga merupakan jalan untuk meningkatkan kesejahteraan,” ucapnya.
Peringatan Hari Aksara Internasional ini menjadi momentum penting bagi seluruh pihak untuk melakukan refleksi, mengingat langkah yang sudah dilakukan dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang literasi, sekaligus untuk memperkuat komitmen ke depan menyemai biji-biji kebajikan melalui transformasi pendidikan. “Pekerjaan rumah kita dalam peningkatan literasi dan numerasi ini masih banyak. Dibutuhkan komitmen dan gotong royong bersama, agar tujuan kita untuk mencerdaskan dan mensejahterakan kehidupan bangsa tercapai,” pungkas Iwan.
Sementara itu, Direktur PMPK, Baharudin, mengatakan bahwa dukungan untuk penurunan buta aksara dan pemberantasan buta huruf terus dilakukan oleh Kemendikbudristek sepanjang waktu. Beberapa program yang telah dijalankan antara lain pengembangan kurikulum dan modul pembelajaran pendidikan keaksaraan (dasar dan lanjutan), verifikasi sasaran dan pendampingan pelaksanaan program pemberian Bantuan Pemerintah BOP Keaksaraan, serta koordinasi dan kolaborasi dengan pemerintah daerah dalam percepatan penuntasan buta aksara pada daerah kantong buta aksara.
“Kami juga selalu membantu proses penurunan buta aksara ini melalui pengolahan data melalui Badan Pusat Statistik (BPS) dan Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin),” kata Baharudin.
Selain itu, Baharudin juga menguraikan berbagai upaya lain yang telah dilakukan dalam payung Merdeka Belajar, di antaranya pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar (PMM) melalui Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM), pendistribusian dan pemanfaatan buku bacaan bermutu, program pemulihan pembelajaran, pemenuhan sarana pembelajaran literasi untuk anak berkebutuhan khusus, serta peningkatan sarana dan kegiatan literasi pada Taman Bacaan Masyarakat di SKB, PKBM, dan lembaga TBM mandiri.
Berbagai upaya tersebut, menurut Baharudin, sudah membawa hasil yang menggembirakan. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2023 menunjukkan, angka buta aksara penduduk Indonesia usia 15-59 tahun, menurun cukup signifikan dibanding tahun 2022.
“Angka buta aksara 2022 adalah 1,51% (2.850.851 orang), sedangkan angka buta aksara tahun 2023 adalah 1,08% (1.958.659 orang). Hal ini menunjukkan bahwa sinergi, kerja sama, dan kolaborasi antarpihak terkait, termasuk kepedulian pemerintah daerah dalam memberantas buta aksara cukup berhasil,” terangnya.
Baharudin menyoroti bagaimana hasil tersebut merupakan hasil usaha dari semua pihak yang selalu mendukung mendukung kebijakan program-program pendidikan masyarakat dan pendidikan khusus. Untuk itu, dalam rangka Hari Aksara Internasional 2024 tersebut, ia berharap, kolaborasi dan gotong royong ekosistem pendidikan dalam peningkatan buta aksara dan melek huruf di tengah masyarakat akan terjalin semakin kuat.
“Semoga ikhtiar kita untuk terus memajukan dan meningkatkan literasi di tengah masyarakat akan semakin dimudahkan,” tutupnya. (SC03)