Innalillahi, Bapak Ginjal Kota Medan Prof Harun Rasyid Lubis Meninggal

Sumutcyber.com, Medan – Bapak Ginjal Kota Medan Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis, SpPD – KGH meninggal dunia di RS Columbia Asia Medan, Minggu (15/8/2021) pukul 20.12. Kabar duka ini dibenarkan oleh Manajemen RSU Khusus Ginjal Rasyida Lian Lubis.

“Innalilahi wa innailaihi rajiun. Telah berpulang ke Rahmatullah Prof. Dr. Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH di RS Columbia Asia,” tulis Lian Lubis kepada Sumutcyber.com via WhatsApp.

Bacaan Lainnya

Dia juga menyampaikan, jenazah almarhum Prof. Harun Rasyid Lubis disemayamkan di Rumah Duka Jalan Sei Sicanggang No. 8 Medan dan akan dikebumikan Senin (16/8/2021) di Pekuburan Sei Batugingging. “Almarhum disalatkan setelah Zhuhur di Masjid Taqwa Muhammadiyah Tanjung Rejo Medan,” tulisnya lagi.

Seperti diketahui, pada Oktober 2016, Wali Kota Medan Dzulmi Eldin memberikan gelar kepada Prof Harun Rasyid Lubis SpPD-KGH sebagai Bapak Ginjal Kota Medan.

Prof. Harun, salah satu yang mempelopori hadirnya pelayanan cuci darah (Hemodialisa) di Sumut di RS swasta, karena jumlah penderita gagal ginjal semakin banyak. Sampai saat ini, ada sekitar puluhan lebih layanan cuci darah se Sumut – Aceh. Dia juga mendirikan RS Khusus Ginjal Rasyida.

Pelayanan cuci darah di Medan sudah ada sekitar 40 tahun silam. Pertama kali dilakukan di RS Pirngadi Medan usai Prof. Harun baru pulang sekolah dari Belanda. Beruntung, Prof Harun dibekali peralatan untuk cuci darah.

“Tahun depan genap 40 tahun hemodialisis hadir di Medan yakni RS Pirngadi.  Dialisis kita mandiri, memang mesinnya dari Ibu Tien Soeharto. Waktu itu, saya baru pulang sekolah di Belanda setelah mendapat beasiswa pada tahun 1975. Tahun 1976 saya dan kawan-kawan memulai pelayanan ginjal, pada tahun 1977 baru dibuka layanan cuci darah di Medan dan ada 2 perawat yang kami kirim untuk ikut pendidikan dialisis,” cerita Prof Harun pada Oktober 2016, lalu saat diangkat menjadi Bapak Ginjal Kota Medan.

Saat itu, pasien pertama hemodialisis di RS Pirngadi adalah bermarga Sembiring yang dirawat di Rumkitdam. Pasien dirujuk ke Pirngadi dan mendapat beberapa kali pelayanan terapi pengganti ginjal. “Sebelum tahun 1977, kawan saya dr. Siagian meninggal karena gagal ginjal. Tetapi pada waktu itu belum ada pelayanan cuci darah, makanya saya dan kawan-kawan berharap agar ada layanan cuci darah di Medan,” imbuhnya lagi

Beberapa tahun kemudian, Prof. Harun juga mempelopori hadirnya pelayanan cuci darah di Sumut di RS swasta, karena jumlah penderita gagal ginjal semakin banyak. Sampai saat ini, ada sekitar puluhan lebih layanan cuci darah se Sumut – Aceh. “25 lebih hemodialisis ada di Medan, memang masih ada kab/kota yang belum memiliki layanan cuci darah” pungkasnya kala itu.

Dia juga menghasilkan 10 orang konsultan ginjal di Sumut – Aceh. Jumlah itu belumlah cukup untuk melayani 3 ribu penderita gagal ginjal di Sumut. “Prevalensinya ada 6 ribu penderita gagal ginjal di Sumut, namun yang terdata baru 3 ribuan. Jumlah kasusnya tiap tahun meningkat, mulai sekarang cek lah air seni biar kita tahu apakah ada gangguan ginjal atau di Sumut,” tambahnya. (SC03)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *