Rutin Minum Obat Hipertensi yang Diresepkan Dokter Tidak Merusak Ginjal

Sumutcyber.com, Medan – Orang dengan penyakit hipertensi dianjurkan untuk rutin mengonsumsi obat setiap hari guna mengatur tekanan darahnya agar stabil. Namun, di masyarakat banyak yang salah kaprah, mengira dengan mengonsumsi obat secara rutin setiap hari bisa mempercepat kerusakan ginjal atau gagal ginjal.

Bapak Ginjal Kota Medan dan Sumut Prof. dr. Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH menyebutkan, hipertensi bisa menyebabkan gagal ginjal.  Oleh karena itu, penderita hipertensi disarankan rutin meminum obat setiap hari.

Bacaan Lainnya

“Penderita hipertensi ini harus rutin minum obat. Obat itu memang dibuat khusus untuk menurunkan tekanan darah, jadi tidak akan merusak ginjal kalau diminum rutin. Obat hipertensi yang diresepkan itu sudah teruji, apalagi yang beredar sekarang sudah teruji, kalau tidak, maka tidak diijinkan oleh Kemenkes dan Badan POM beredar,” kata Prof Harun kepada Sumutcyber.com, Jumat (12/3/2021).

Dia juga menegaskan, salah kaprah bila penderita hipertensi tidak lagi meminum obat dikarenakan tidak lagi merasa pusing. “Hipertensi itu tanpa gejala. Kalau ada dengan gejala beruntunglah karena dia tahu  kalau tekanan darahnya sedang tinggi. Tapi pada umumnya tanpa gejala, makanya orang tak awas, karena merasa tak ada gejala dia hentikan minum obat, itu salah,” imbuhnya.

Disebutkannya, tekanan darah yang tidak teratur (terkontrol) malah mempercepat kerusakan ginjal. “Tapi obat-obat yang benar bisa diperoleh di apotek dan melalui resep dokter. Dokter tahu mana yang tidak merusak ginjal, obat itu bisa dimakan bertahun tahun dan tudak merusak ginjal,” pungkasnya.

Dia tidak mengetahui jumlah pasti penderita gagal ginjal. Namun, dipastikan setiap tahun bertambah. “Tapi cukup banyak. Gagal ginjal ini bisa dicegah, ada yang mudah dan ada yang sulit. Yang mudah tadi hipertensi, asalkan dia teratur makan obat tadi terlindungi lah ginjalnya. Kalau diabetes juga begitu, kalau gula darahnya terkendali itu ginjalnya bisa terlindungi,” ungkapnya.

Begitupun, dia menyarankan agar masyarakat tidak sembarang minum obat, apalagi yang tidak ada ijin edar dari Badan POM dan Kementerian Kesehatan. “Kalau tidak jelas disebutkan apa efek sampingnya, tak ada ijin edarnya tak usah dimakan obat itu. Memang kalau obatnya tidak tepat bisa merusak ginjal. Makanya paling bagus itu, obat diresepkan dokter. Kalau bukan dokter yang menganjurkan itu tidak ada jaminan. Untuk meresepkan obat itu harus juga melalui wawancara, apakah obat tersebut bisa dikonsumsi jangka panjang atau tidak,” tuturnya.

Dia juga mengakui kalau dokter internis nefrologi tidak banyak. Namun, katanya, dokter penyakit dalam sudah dididik untuk melayani pasien gagal ginjal. “Dalam pendidikan spesialis penyakit dalam itu 4 tahun, bukan khusus untuk ginjal, tapi termasuk di dalamnya ginjal. Namun selama 4 tahun itu, ada sekitar 3 bulan khusus tentang kerja ginjal,” tambahnya. (SC03)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *