Sumutcyber.com, Jakarta – Sekretaris Jendral PDIP, Hasto Kristiyanto dalam keterangan, Sabtu (18/9/2021), menyebutkan, calon presiden dan calon wakil presiden yang akan diusung pada 2024 tergantung hasil kontemplasi Ketua Umum Megawati Soekarnoputri di masa yang akan datang.
Selain itu,.Presiden Kelima RI itu akan memilih pemimpin nasional dengan mendengarkan suara rakyat dan memohon petunjuk Tuhan Yang Mahakuasa Allah SWT.
Menanggapi hal ini, Koordinator PMPHI (Pusat Monitoring Politik dan dan Hukum Indonesia) Sumut Drs. Gandi Parapat mengucapkan terima kasih kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang akan meminta petunjuk Allah SWT untuk menentukan Capres.
“Atas hal itu apa yang pernah kami sampaikan ke media menjadi kenyataan tentang Megawati Ketua Umum PDIP itu, karena belum ada kader PDIP yang mampu menandinginya dalam kepemimpinan juga berbangsa dan bernegara. Puan Maharani (Ketua DPR RI) dan Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah) yang berebut mencari perhatian masih jauh dibawah kualitasnya, jadi kami menilai beliau masih pantas jadi Capres 2024,” ungkap Gandi, di Jakarta, Minggu (19/9/2021).
Disebutkannya, usia bukan alasan untuk menjadi Capres. Apalagi, semangat, kemampuan, masih belum bisa dikalahkan dan bahkan Ketua Umum PDIP tersebut masih enerjik. “Jadi kami harap kepada Megawati jangan menghindar dari Petunjuk Tuhan Sang Pencipta, apabila Petunjuk itu jatuh kepada dirinya, untuk itu Mega harus mempersiapkan segala sesuatunya,” ungkapnya.
Namun, lanjutnya, andaikata Megawati tidak mendapat restu dari Sang Pencipta, menurutnya pasangan yang pas dalam Pilpres adalah Puan & Prabowo Subianto (Menhan).
“Capres dari PDIP (Puan Maharani), dan Cawapres dari Gerindra (Prabowo). Kalau ini yang menjadi petunjuk Tuhan yang dikirimkan lewat Ibu Ketum PDIP, kami yakini akan menjadi calon kuat pemenang pemilu Presiden 2024, tapi apabila Puan tidak didampingi Prabowo kami tidak dapat meyakini bahwa Puan akan bisa memenangkan Pilpres 2024,” katanya.
Dia menjelaskan alasan mengapa Prabowo yang harus mendampingi Puan Maharani. “Karena Prabowo tidak ditakdirkan oleh Tuhan untuk menjadi Presiden, karena Prabowo sudah beberapa kali maju sebagai Capres tetap kalah, ini menjadi ujian terakhir bagi Prabowo untuk menjadi pemimpin negara dengan mendampingi Puan Maharani,” katanya.
Alasan kedua, lanjutnya, dalam pemerintahan Jokowi, Prabowo menjadi Menteri terlihat begitu serasi, dan penyelenggaraaan negara berjalan dengan baik tanpa ada aksi. “Oleh karena itu tidak perlu Prabowo didorong untuk menjadi Presiden, Prabowo lebih baik bersinergi dengan Puan untuk menjalankan pemerintahan kedepan guna mewujudkan kemajuan bangsa dan Negara dengan membimbing dan mengarahkan Puan Maharani sebagai Presiden Indonesia,” ungkapnya. (SC03)