Dirut BRI Sunarso Kuliah Umum di FEB UMA: Bekerja Jangan Terbelenggu Jurusan

Dekan FEB UMA Ahmad Rafiki, PhD, CIMA didampingi Rektor UMA Prof Dr Ir Dadan Ramdan, MEng, MSc dan moderator Prof Ir Zulkarnain Lubis, MS, PhD memberikan sertifikat kepada Dirut BRI Sunarso (kedua kiri). (Ist)

Medan – Direktur Utama (Dirut) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Ir Sunarso, MBA mengatakan, sekolah/kuliah amat penting. Namun jangan mau terbelenggu oleh jurusan dalam memilih profesi atau kerja. Sebab sekolah hanya sebagai ajang latihan agar mampu menganalisa masalah yang dihadapi dalam kehidupan, dan kemudian mencari solusinya dengan cara berpikir dan bernalar secara ilmiah.

Hal itu diungkapkan Sunarso saat menyampaikan kuliah umum bertajuk “Transformasi Kepemimpinan pada Perubahan Era Digital” yang digelar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Medan Area (FEB UMA), di Covention Hall Kampus 2 UMA, Jalan Sei Serayu/Setiabudi/Sei Belutu Medan, Jumat (21/6/2024).

Hadir dalam kuliah umum itu, Rektor UMA Prof Dr Ir Dadan Ramdan, MEng, MSc, Dekan FEB UMA Ahmad Rafiki, PhD, CIMA, para ketua program studi, dosen dan mahasiswa di lingkungan UMA, serta dosen dan sejumlah perguruan tinggi negeri dan swasta di Medan. Kuliah umum dipandu Ketua Program Doktor Ilmu Pertanian UMA Prof Ir Zulkarnain Lubis, MS, PhD yang juga teman kuliah Dirut BRI Sunarso, di IPB Bogor.

Di depan peserta kuliah umum, Sunarso menegaskan, jurusan atau program studi diperlukan jika seseorang jadi profesor atau doktor atau spesialis yang ahli di bidangnya. Sedangkan jurusan hanya contoh soal yang harus dianalisa secara ilmiah.

Bacaan Lainnya

“Yang paling penting adalah penerapannya dalam bidang kerja. Jadi bankir misalnya, tidak mesti dari fakultas ekonomi. Dokter gigi saja banyak yang mau jadi bankir dan sukses. Apalagi dari pertanian, kenapa tidak. Saya dari insinyur sayur mayur (IPB-Red), dipercaya jadi Dirut BRI sejak 2019 sampai sekarang,” kata pria yang pernah dinobatkan sebagai The Best CEO in Digital Brand 2024 ini.

Sunarso juga mengungkapkan, dirinya selalu ditanya kenapa bisa memimpin bank, padahal kuliahnya jurusan agronomi di IPB.

“Saya punya prinsip, mengerjakan apa yang saya pelajari, dan saya juga mempelajari apa yang saya kerjakan. Jadi dasar keilmuan yang saya pelajari di bangku kuliah saya terapkan di tempat kerja, tapi penerapan dan pekerjaan harus saya jadikan ilmu. Untuk itu, penting bagi saya tidak sekadar bekerja, tapi tetap saya pelajari apa yang saya kerjakan,” kata Suanrso kelahiran Pasuruan Jawa Timur, 7 November1963.

Sunarso juga berkisah tentang pengalaman mengelola perbankan. Ia telah menangani banyak bank, semuanya BUMN (badan usaha milik negara). Ia juga pernah memimpin PT Pegadaian.

“Saya menjadi CEO BRI saat pandemi, 2019. Walaupun masa pandemi Covid, rupanya BRI masih bisa laba. Dan ada pelajaran berharga dari pandemi covid-19, memaksa saya membawa transformasi BRI lebih cepat. Konon, orang berubah karena dua sebab, pertama karena takut, atau kedua karena percaya akan ada peringatan dari Tuhan (kalau tidak berubah, kita akan habis),” katanya.

Saat masih pandemi Covid yang serba terbatas pergerakan secara fisik, BRI mempercepat tranformasi menuju perbankan digital, dan menjadi perbankan yang mengoptimalkan penyaluran kredit kepada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM.

“Perubahan strategi itu efektif memberi kebaikan. Selama kurun waktu 6 tehaun sejak 2018, BRI berkontribusi pada keuangan negara sebesar Rp 161,7 triliun,” kata pria yang dinobatkan sebagai Maestro CEO of The Year – CNBC Indonesia Award 2023 ini.

Sunarso juga mengatakan, kecepatan perubahan teknologi mengalahkan perubahan individu, manusia, organisasi bisnis dan pemerintahan.

“Perkembangan teknologi membuka peluang bisnis baru yang bersifat disruptive. Dunia bisnis tak dapat lagi dipisahkan dengan teknologi,” tutur peraih MBA dari UI ini.

Sementara itu, Prof Zulkarnain Lubis yang menjadi moderator dalam kuliah umum itu menjelaskan, Sunarso adalah adik kelasnya di IPB, dan sama-sama satu asrama di Asrama Ekalokasari IPB. Dan hubungan satu asrama lebih melekat daripada hubungan satu jurusan.

“Beliau ini bekerja di bank bukan karena tamatan fakultas ekonomi, tapi beliau ini insinyur sayur mayur yang menjadi bankir populer di Indonesia. Beliau ini kuliahnya di IPB, jurusannya agronomi, dan ternyata habitatnya di lembaga keuangan,” tutur Prof Zul seraya menjelaskan, di acara kuliah umum itu tutur hadir 8 alumni IPB, yang pernah satu asrama dahulu saat mahasiswa.

Rektor UMA Prof Dadan Ramdan dalam sambutannya mengatakan, tema kuliah umum “Transformasi Kepemimpinan pada Perubahan Era Digital” sejalan dengan visi UMA Green Digital University Unggul. UMA telah mengimplementasi digitalisasi sistem pendidikan guna mewujudkan pendidikan yang berkualitas.

“Adik-adik mahasiswa sangat beruntung bisa mendengarkan paparan dari seorang yang memiliki segudang pengalaman dalam bidang perbankan dan kepemimpinan di level nasional,” kata rektor.

Dekan FEB UMA Ahmad Rafiki, PhD, CIMA mengatakan, sangat berbahagia bisa bertatap muka langsung dengan Dirut BRI Sunarso yang dijuluki sebagai Bapak Tranformasi BRI.

Kepada Sunarso dan rombongan, Ahmad Rafiki menjelaskan, UMA menduduki rangkaing 1 PTS terbaik di Sumatera Utara versi UniRank, dan juga ranking 1 PTS di Sumut versi UI GreenMetric World University Ranking 2023. Sedangkan FEB saat ini mengasuh 2000 mahasiswa yang tersebar di Program Studi Manajemen dan Akuntansi, 60 dosen tetap yang sebagian besar sudah bergelar doktor dan profesor.

“Kami juga memiliki sarana dan prasarana yang lengkap, seperti laboratorium. Alumni FEB tersebar baik di dalam maupun luar negeri. Dan kami siap menerima para pegawai BRI yang ingin melanjutkam kuliah di UMA,” katanya.

Dekan kemudian mengucapkan terimakasih dan apresiasi kepada pihak BRI Sumut-Aceh yang membantu suksesnya kuliah umum, dan terkhusus kepada Prof Zulkarnain Lubis yang menginisiasi kuliah umum tersebut. (SC08)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *