Waspada Covid-19 dan Penyakit Lainnya saat Banjir

Dr. Wijaya Juwarna SpTHT-KL

Sumutcyber.com, Medan – Sejumlah daerah di Sumut mengalami banjir akibat intensitas hujan yang tinggi. Banjir tersebut mengakibatkan sejumlah masyarakat terpaksa mengungsi di posko-posko pengungsian.

Oleh karena itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Medan dr. Wijaya Juwarna SpTHT-KL meminta untuk tetap waspada terhadap penyebaran Covid-19. “Tempat pengungsian dikhawatirkan menjadi klaster baru penyebaran Covid-19, karena jarak antar pengungsi berdekatan saat di posko pengungsian,” kata Wijaya kepada Sumutcyber.com, Sabtu (28/11/2020).

Kemudian, lanjutnya, kondisi lain yang membuat seseorang di pengungsian banjir lebih rentan tertular COVID-19. Misalnya, saat kebersihan dan sirkulasi udara di lokasi pengungsian tidak terjaga dengan baik. “Kita harus waspada dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, mengingat kasusnya meningkat, para dokter di bulan ini kembali kehilangan beberapa sejawatnya,” imbuhnya.

Dia juga memaparkan, penyakit yang berpotensi muncul saat banjir adalah diare. Karena, sumber air minum masyarakat, khususnya sumber air minum dari sumur dangkal akan banyak ikut tercemar. Di samping itu pada saat banjir, banyak yang mengungsi. “Kalau mengungsi fasilitas dan ketersediaan air terbatas. Itu memicu munculnya penyakit diare disertai penularan yang cepat,” ungkapnya.

Bacaan Lainnya

Selanjutnya, pada saat musim hujan terjadi peningkatan tempat perindukan nyamuk aedes aegypti atau nyamuk penular penyakit demam berdarah. “Musim hujan banyak sampah misalnya kaleng bekas, ban bekas serta tempat-tempat tertentu terisi air dan terjadi genangan untuk beberapa waktu. Genangan air  itulah akhirnya menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk tersebut. Hal ini meningkatkan risiko penularan DBD seiring meningkatnya populasi nyamuk,” tuturnya.

Kemudian, lanjutnya, penyakit yang rentan adalah leptospirosis yang disebabkan oleh bakteri yang disebut leptospira. Penyakit ini termasuk salah satu penyakit zoonosis, karena ditularkan melalui hewan/binatang terutama adalah tikus melalui kotoran atau air kencingnya. “Saat musim hujan ini tempat tinggal tikus kena banjir, maka dia keluar dari persembunyian,” katanya lagi.

Penularan penyakit tersebut, jika seseorang yang ada luka, kemudian bermain/terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran/kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, maka orang tersebut potensi dapat terinfeksi dan akan jatuh menjadi sakit.

Selain itu, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Dikatakannya, ISPA terjadi akibat bakteri, virus dan berbagai mikroba lainnya. “Gejala utama dapat berupa batuk dan demam, kalau berat dapat/mungkin disertai sesak napas, nyeri dada dan lain-lain. Kemudian, penyakit kulit, dapat berupa infeksi, alergi atau bentuk lain pada musim banjir maka masalah utamanya adalah kebersihan yang tidak terjaga baik.  Kemudian penyakit saluran cerna lain, misalnya demam tifoid,” terangnya.

Kemudian, lanjutnya, penyakit yang muncul saat musim banjir atau huja  yakni memburuknya penyakit kronik yang mungkin memang sudah diderita. Hal ini terjadi karena penurunan daya tahan tubuh akibat musim hujan berkepanjangan, dan apalagi bila banjir berhari-hari. “Pastikan untuk selalu cuci tangan dan kaki dengan bersih, jaga kebersihan lingkungan, makanan dan tempat tinggal,” tambahnya. (SC03)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *