Dapat Pembinaan dari RSJPDHK, RSUP HAM Harapkan Semua Kasus Jantung Bisa Ditangani Tanpa Harus ke LN

Staf Divisi Intensive Care dan Intervensi Kardiovaskular PJT RSUP HAM Dr. Faisal Habib, Sp.JP(K), FIHA, Jumat (26/11/2021). Sumutcyber/Mursal Alfa Iswara

Sumutcyber.com, Medan – RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) melaksanakan pembinaan dan akselerasi intervensi kardiovaskular/non bedah di RSUP H. Adam Malik, Jumat (26/11/2021) hingga Sabtu (27/11/2021).

Dalam kegiatan ini, akan dilakukan tindakan pemasangan ring atau cincin terhadap 7 pasien penyakit jantung koroner dengan menggunakan teknologi fractional flow reserve (FFR) dan intravascular ultrasound (IVUS).

Dengan teknologi tersebut, bisa diketahui secara jelas berapa persen penyempitan atau penyumbatan di dalam pembuluh darah jantung koroner.

“Kegiatan hari ini dikhususkan untuk meningkatkan skill dan teknik dalam melakukan tindakan non operasi, jadi pemasangan cincin tanpa operasi dengan panduan alat ultrasound (IVUS) yang masuk dalam pembuluh darah sehingga diketahui berapa persen penyempitan, jenis penyempitan apakah lemak saja atau sudah ada kalsium. Dengan begitu bisa diketahui strategi apa yang dilakukan pemasangan cincin akan lebih baik,” kata Kepala Instalasi Pusat Jantung Terpadu RSUP H. Adam Malik (HAM) dr. Anggia C Lubis, SpJP (K) melalui Staf Divisi Intensive Care dan Intervensi Kardiovaskular PJT RSUP HAM Dr. Faisal Habib, Sp.JP(K), FIHA, Jumat (26/11/2021).

Bacaan Lainnya

Kemudian, lanjutnya, ada juga alat yang namanya fisiologis studi FFR untuk bisa menentukan apakah suatu penyempitan pembuluh darah jantung itu perlu dilakukan tindakan atau tidak.

“Jika dilihat dari gambar angiografi biasa seakan-akan mata kita melihat kalau itu penyempitan 70 atau 80 persen. Tapi, mata kita bisa tertipu. Namun jika kita masukkan FFR itu maka kita akan tahu, walaupun terjadi penyempitan pembuluh darah 70-80 persen, namun aliran tidak terganggu. Kalau tidak terganggu untuk apa kita ambil tindakan. Artinya alat inilah sebagai penentu kita mengambil tindakan atau tidak,” ungkapnya.

Dengan adanya kedua teknologi tersebut, Faisal Habib memperkirakan tindakan terhadap seorang pasien akan memakan waktu 2 jam. “Hari ini enam pasien dan Sabtu (26/11/2021) besok 2 pasien, yang akan dilakukan tindakan pemasangan cincin tanpa operasi,” imbuhnya.

Dia juga menyebutkan, hampir semua penyakit jantung baik bedah dan nonbedah bisa dilakukan di RSUP H. Adam Malik.

“PJT RS Adam Malik sudah bisa melakukan operasi bedah jantung, kita adalah sentra atau RS terbanyak ketiga yang melakukan bedah jantung di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya,” ungkapnya lagi.

Terkait pembinaan intervensi kardiovaskular dari RS pusat  jantung nasional di RSUP HAM, kata Habib, adalah meningkatkan kualitas dari segi pelayanan dan teknologi yang baru. Diharapkan juga, dengan program pengampuan ini di Sumatera Utara, maka dibuka dua center untuk bedah center jantung  dua tahun lagi sehingga bisa mengurangi jumlah antrean bedah jantung.

“Jadi diharapkan semua kasus jantung di Sumatera baik yang ringan maupun yang kompleks bisa dilayani di RS Adam Malik. Tanpa harus ke luar negeri (LN), Penang dan Singapura,” ungkapnya.

Disebutkannya, penyakit jantung ini bukan datang secara tiba-tiba, tapi dari akumulasi kebiasaan hidup sejak 5 sampai 10 tahun terakhir. “Kalau penyakit jantung koroner ini dikarenakan lemak yang menumpuk lima atau 10 tahun terakhir sampai akhirnya menyumbat sampai 90 persen,” sebutnya sembari mengatakan, penyakit jantung dan hipertensi penyebab kematian tertinggi di dunia dan Indonesia.

Oleh karena itu, dia menyarankan, masyarakat menjaga pola hidup sehat, makan sehat dan olahraga. “Faktor penyebab jantung koroner ini hipertensi, diabetes, merokok, kadar kolesterol jahat yang tinggi, faktor keturunan yang mudah terjadinya penyempitan pembuluh darah, obesitas, malas berolahraga. Sebenarnya penyakit ini bisa dicegah dengan pola hidup sehat, makan sehat dan olahraga,” ungkapnya.

Begitupun, sambungnya, kalau sudah sakit jangan khawatir karena teknologi kedokteran yang paling berkembang cepat adalah jantung dan pembuluh darah. “Misalkan ada kelemahan, mungkin sisi pelayanan karena yang terlibat bukan hanya dokter, tapi semua sedang berjalan dan ditingkatkan sehingga kedepan bisa mengurangi antrean operasi dan pasien yang berobat ke luar negeri. Ini tujuan dari Kementerian Kesehatan,” tutupnya. (SC03)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *