Sumutcyber.com, Medan – Terapi Bekam telah diakui oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI sebagai salah satu kekayaan teknik perobatan komplementer yang dimiliki oleh Indonesia.
Oleh karena itu, metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah statis (kental) yang mengandung toksin dari dalam tubuh tersebut ke depan, diharapkan menjadi layanan yang dapat dilakukan oleh Rumah Sakit (RS), terutama RS yang ingin terstandarisasi syariah.
“Bahkan mudah-mudahan pelayanan bekam atau pelayanan komplementeri ini bisa menjadi pelayanan unggulan untuk di rumah sakit,” ungkap dr Qadri Fauzi Tanjung SpAn KAKV sekaligus penanggungjawab seminar Akbar Jurus Sehat Ala Rasulullah yang digelar di Auditorium USU, Minggu (12/1/2020).
Lebih lanjut Qadri menjelaskan, terapi bekam ini sudah diakui memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Antara lain, bisa mengurangi darah tinggi, vertigo, hingga mencegah storke.
“Bekam ini dilakukan baik di punuk, panggul, maupun pinggang. Bahkan kalau di punuk itu untuk 72 jenis penyakit, termasuk dapat menurunkan kolesterol, asam lemak dan lain sebagainya,” jelasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Sumut dr Alwi Mujahit Hasibuan mengatakan, dengan sejarahnya yang sangat panjang bekam sudah termasuk sebagai kekayaan bangsa. Karenanya Kemenkes saat ini telah memiliki direktorat layanan kesehatan tradisional dan komplementer untuk melengkapi layanan kesehatan yang sudah ada.
“Selama ini bekam sudah sangat lama sekali terabaikan termasuk rempah-rempah. Jadi kalau kita mulai tingkatkan kembali akan sangat banyak manfaatnya,” terangnya.
Seperti di China, selain teknik pengobatan modern, negara tersebut kata Alwi juga tetap mengembangkan teknik perobatan tradisionalnya. Syukurnya, sambung dia, Menkes saat ini sudah kembali mengingatkan soal perobatan tradisional, sehingga diharapkan dapat dikembangkan secara kreatif.
Mungkin suatu saat kita bisa memilih seperti di China, apa mau pengobatan modern atau tradisional dan itu sukses mereka. Saya lihat kawan-kawan PBI (Perkumpulan Bekam Indonesia) sangat serius mengembangkan ini. Mudah-mudahan akan berkembang dan memberikan manfaat untuk masyarakat Sumut,” tandasnya.
Sebelumnya, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi yang hadir dalam Seminar Akbar Jurus Sehat Ala Rasulullah ini mengatakan, pengobatan tradisional yang dilakukan oleh nenek moyang telah terbukti menyehatkan. Ia sendiri mengaku telah sejak kecil mengenal bekam, dan hingga kini setiap tiga minggu sekali masih rutin menjalankan terapinya.
“Nenek moyang kita dulu begitu sehat. Nah ini sekarang akan kita kembalikan. Jadi bukan hanya manusia yang sehat, seluruh makhluk Allah yang ada di dunia ini perlu sehat, sehingga apa yang kita konsumsi ini adalah konsumsi yang sehat,” ujarnya.
Edy mengatakan, bagi umat islam ajaran-ajaran Rasulullah termasuk kesehatan sudah menjadi tuntunan termasuk bekam. Ia mengaku, kedatangannya dalam seminar ini pula sudah menjadi kebijakan untuk pemanfaatan terapi bekam untuk kesehatan kedepan.
“Ini lah yang harus kita kembalikan. Bekam adalah tuntunan Rasulullah, yang merupakan cara sehat orang muslim yang telah diajarkan,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Seminar Akbar, Esty Budi Rahayu Skep Ns Mkep SpMat menyatakan, bekam ini juga sudah diakui oleh Kemenkes lewat Perkumpulan Bekam Indonesia (PBI). Untuk itu, sambung dia, hal ini diharapkan bisa turut berkontribusi untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan menurunkan angka kesakitan.
“Di Sumut sendiri sudah ada 60 orang yang mengikuti ujian standarisasi dengan angka kelulusannya 28 orang. Insha Allah mereka akan diangkat menjadi anggota PBI, dan akan dilantik sebagai pengurus daerah di Sumut untuk menjalankan program-program sesuai yang di instruksikan PBI pusat di Jakarta,” pungkasnya. (SC03)