Sumutcyber.com, Jakarta – Memiliki tiga orang anak yang sedang menginjak masa remaja, membuat percakapan di meja makan keluarga Gray Zain, sosok yang videonya baru saja viral di Tiktok dengan 500 ribu likes, tak jauh-jauh seputar perkuliahan. Di tahun 2021 ini, giliran anak ketiganya yang duduk di kelas tiga SMA dan akan mengenyam bangku kuliah.
Layaknya kata pepatah bahwa cinta tumbuh karena terbiasa (tresna jalaran saka kulina), percakapan yang berulang seputar perkuliahan membuat Gray Zain jatuh cinta pada kampus. Sebagai ayah, ia tak ingin sekedar memberi nasihat atau pepatah kosong. Inilah yang melatarbelakangi Gray Zain untuk menjadi mahasiswa baru di Universitas Esa Unggul Jakarta hingga akhirnya viral.
“Saat saya menyarankan anak saya yang ketiga untuk berkuliah Computer Science (teknik komputer), karena memang jurusan IT masa depan cukup cerah, saya tidak ingin enak saja memberi motivasi. Saya juga harus membuktikan berkuliah. Disitulah kebangkitan saya akhirnya mencari sampai mendaftar kuliah, tidak menyangka ternyata viral,” kenang Gray dalam Talkshow Komunitas SEVIMA (Sentra Vidya Utama), Selasa (21/09) pagi, yang juga dihadiri oleh Rektor Universitas Esa Unggul Dr. Arief Kusuma.
Video viral tersebut, kenang Gray, diambil saat ia sedang mengikuti pelatihan karakter sebagai bagian dari rangkaian penerimaan mahasiswa baru (Ospek/Welcoming Days) di Universitas Esa Unggul. Sebagai orang berlatar belakang sebagai pengusaha di bidang biro travel dalam dan luar negeri, pembawaan Gray yang supel membuatnya aktif di setiap kegiatan yang diikutinya.
Termasuk ketika ada sesi berbagi cerita dengan panitia maupun berjoget, Gray juga cukup aktif. Tak sungkan dengan rekan-rekan yang lebih muda darinya.
“Jadi saya ketika diajak joget, ya joget aja. Saat diminta pakai outfit yang unik untuk joget, kebetulan di halaman rumah saya ada caping yang biasa saya pakai untuk berkebun. Ditambah dengan kacamata hitam. Asyik saja,” kenang Gray.
Kisah dari sesi berbagi dengan panitia itulah, yang kemudian ditangkap rekan-rekan sejawatnya di kampus sebagai cerita inspiratif dan viral. Salah satunya, adalah kisah bahwa telah lama ia memimpikan untuk berkuliah.
“Saya dulu sebetulnya sudah proses untuk berkuliah di Sastra Jepang. Tapi karena memang kondisi pada saat itu, ayah saya meninggal, dan adik saya tiga masih perlu sekolah. Saya sebagai anak pertama yang lulus SMK jurusan pariwisata, akhirnya harus bekerja dulu. Bahkan saya tidak bisa datang wisuda SMK saya karena harus cari uang untuk hidup keluarga,” lanjut Gray atas kejadian di tahun 1983 tersebut.
Mewujudkan Mimpi Lama untuk Kuliah
Nyaris 40 tahun berselang, Gray bersyukur sudah mendapatkan berkah yang luar biasa dalam hidup: pekerjaan yang mapan, adik yang sudah sukses dan berkeluarga, bahkan ketiga anaknya sendiripun sudah relatif sukses.
Ditambah dengan aktivitas biro travel yang rehat sejenak akibat Pandemi COVID-19, Gray kemudian tergugah untuk menggapai mimpi lamanya: berkuliah.
“Bisnis saya cukup lancar, bahkan ketika COVID kami tetap bertahan walaupun pemasukan di bidang travel jelas menurun drastis. Karena anugerah yang luar biasa ini, saya kemudian teringat atas impian yang sudah lama saya idam-idamkan dalam hidup, yaitu berkuliah,” lanjut Gray yang kini juga menjabat sebagai Ketua Penasihat Indonesia Tour Leaders Association (Asosiasi Biro Wisata Indonesia)
Gray memilih kampusnya yang sekarang, karena lokasi yang cukup dekat, ada kelas karyawan, dan pelaksanaannya cukup fleksibel secara online. Dibukanya jurusan komunikasi pemasaran yang sesuai dengan bidang pekerjaan Gray saat ini, juga menambah keyakinan Gray untuk berkuliah.
“Keponakan saya juga sedang berkuliah disana. Tidak ada keraguan sama sekali saat mendaftar. Justru saya berpikir, andai sejak awal COVID saya sudah kuliah, wah sudah semester empat ini,” imbuh Gray.
Menyesuaikan diri untuk belajar kembali di usia kepala lima, diakui Gray tidak mudah. Ia perlu mempelajari kembali Sistem Akademik dan Sistem Pembelajaran Sevima yang digunakan di kampus. Bahkan, Gray perlu belanja buku untuk mengejar pengetahuan terbaru.
“Jadi saya sampai belanja dulu buku-buku dasar komunikasi, dan belajar sistem pembelajaran online. Ternyata dengan fokus dan semangat, semuanya bisa saya kuasai dengan mudah. Target saya, bisa lulus sarjana di usia 61 dan Magister di usia 63,” lanjut Gray.
Atas pencapaian tersebut, Rektor Universitas Esa Unggul Dr. Arief Kusuma mengungkapkan bahwa semangat belajar Gray bisa menjadi inspirasi generasi muda untuk tak pernah lelah menuntut ilmu. Terlebih, berkuliah sembari beraktivitas sebagai profesional bukanlah perjuangan yang mudah.
“Profesional bekerja pagi sampai sore, lalu berkuliah selama kurang lebih lima jam, selama empat tahun jenjang sarjana. Itu bukan sesuatu yang mudah. Harus siap tenaga dan mental. Tapi dengan kehadiran Gray Zain dan para profesional, kami sendiripun sebagai dosen juga banyak belajar dari pengalaman dan perjuangan mereka,” pungkas Rektor. (SC03/Rel)