Soal Pasien Kanker Payudara yang Meninggal dalam Kondisi Lebam, Dirut RSUP HAM: Tidak Ada yang Menganiaya Pasien

dr Zainal Safri SpPD-KKV SpJP (K)

Sumutcyber.com, Medan – Kondisi pasien penderita kanker payudara yang disebut meninggal dalam kondisi lebam dan lecet terutama di bagian wajah serta mata sebelah kanan di RSUP H. Adam Malik dipertanyakan oleh pihak keluarga.

Rumah Sakit Umum Pusat Haji (RSUPH) Adam Malik mengklarifikasi berbagai informasi yang telah beredar tersebut tidak benar.

Bacaan Lainnya

Penyebab lebam dan lecet pada pasien bernama Nurmala Tambun tersebut, bukan akibat penganiayaan. Melainkan kanker payudara yang diderita pasien sudah stadium 4 dan menyebar ke beberapa organ tubuhnya, termasuk salah satunya mata.

“Kondisi kanker payudara yang diderita pasien sudah Stadium 4, dan dipastikan ada metastase (penyebaran sel kanker) ke bola matanya,” tegas Direktur Utama (Dirut) RSUP HAM dr Zainal Safri SpPD-KKV SpJP (K) yang didampingi tim dokter yang menangani pasien saat memberikan keterangan pada media, Senin (9/8/2021).

Zainal menjelaskan, lebam dan lecet di bagian wajah akibat bola mata pasien mengalami Hipoalbumin (kondisi ketika kadar albumin dalam darah di bawah normal sehingga menyebabkan pembengkakan). “Tidak ada yang menganiaya pasien. Bengkak atau lecet pada wajah pasien akibat Hipoalbumin, bukan ditusuk atau dianiaya,” tegasnya. 

Zainal menyebutkan, pasien tersebut sudah rutin berobat ke RSUPH Adam Malik. Setelah kemoterapi keenam kalinya, kondisi pasien lemas dan sesak napas. Karena itu, tim medis yang merawat memutuskan agar pasien dilakukan rawat inap. Selanjutnya, pasien menjalani screening Covid-19, swab antigen, foto thorax hingga PCR, sebelum dilakukan tindakan medis lebih lanjut. Hasilnya, pasien terkonfirmasi positif Covid-19.

“Kita sangat menyayangkan ada kabar yang tendensius, bahwa kita mengambil bola matanya. Untuk apa bola matanya sama kita? Kita tidak mungkin menganiaya pasien, apalagi kita (dokter) sudah diambil sumpah. Pasien juga sudah 1,5 tahun menjalani perawatan, untuk apa kami mencongkel bola matanya,” cetus Zainal.

Terkait keluarga pasien membawa persoalan ini ke ranah hukum, Zainal menyatakan mempersilahkan dan pihaknya siap menghadapi. “Kita tunggulah prosesnya, apalagi yang mau disampaikan. Padahal, kita sudah jelaskan secara detail kepada mereka tetapi tetap tidak terima,” pungkas dia.

Diketahui, sekelompok ormas bersama keluarga Nurmala Tambun mendatangi RSUPH Adam Malik, Sabtu 7 Agustus 2021 malam. Mereka menanyakan dugaan kejanggalan kematian Nurmala Tambun karena pada jenazahnya lebam-lebam.

Emma Asih Valentina Siadari, keponakan Nurmala Tambun mengaku, tantenya itu sudah satu minggu belakangan menjalani perawatan di RSUPH Adam Malik. Tantenya menjalani kemoterapi kanker payudara. Namun, saat akan menjalani kemoterapi keenam sekira satu minggu lalu, tantenya dalam kondisi lemas dan demam. “Kemudian pihak rumah sakit menyatakan reaktif, dan tante saya dimasukkan ke ruang isolasi,” kata Emma kepada wartawan.

Setelah menjalani perawatan di ruang isolasi, pada Sabtu 7 Agustus 2021 sekira pukul 17.00 WIB, Nurmala Tambun dinyatakan meninggal dunia. Pihak keluarga merasa tidak terima lantaran ada yang janggal terhadap kematian korban. Terlebih, jenazah korban dalam kondisi lebam-lebam.

“Yang jadi pertanyaan, kenapa jenazah tante kami banyak terdapat lebam. Di tangan, di jari-jari tangan, mulut, kepala benjol, di samping mata, bolong, mata berdarah dan bengkak besar. Apa yang sebenarnya terjadi? Kami butuh jawaban,” ujar Emma. (SC03)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *