Sumutcyber.com, Medan – Dokter Spesialis Paru dr. Ade Rahmaini, M.Ked (Paru), Sp.P(K) menyarankan, masyarakat untuk memeriksakan kesehatannya minimal sekali dalam setahun, terutama skrining paru. Hal ini untuk mengantisipasi ditemukannya kasus kanker paru pada staging (stadium) lanjut.
“Gejala kanker paru itu hampir sama dengan gejala respirasi pada penyakit paru lainnya. Bisa ada batuk ataupun batuk darah, sesak napas maupun nyeri dada,” kata dokter spesialis paru yang bertugas di Rumah Sakit Hermina dan Staf di KSM Paru Divisi Intervensi dan Kegawatdaruratan Napas RSUP H Adam Malik, belum lama ini.
Namun, terangnya, terkadang gejala seperti batuk saja bagi para perokok, dianggap batuknya adalah batuk biasa, sehingga tidak ada yang mau memeriksakan detail kesehatannya jika keluhan batuk ringan.
Padahal, tegasnya, batuk terutama tak kunjung sembuh itu mungkin menjadi gejala awal kanker paru. “Sehingga kasus yang sering datang ke RS itu adalah pasien dengan gejala sudah berat dan akhirnya kanker paru yang ditemukan seringnya sudah staging lanjut, sudah ada penyebaran ke tempat lain,” ungkap DosenĀ di Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK USU ini.
Disebutkannya, faktor resiko terjadinya kanker paru disebabkan kebiasaan merokok, baik perokok aktif atau first hand smoker, second hand smoker (perokok pasif).
Kemudian third hand smoker (yang kena dari ruangan yang terpapar asap rokok), fourth Hand smoker (paparan dari ibu hamil perokok ke janinnya).
“Itu paling banyak yang menimbulkan kanker paru, namun selain itu bisa juga dari faktor genetiknya misalnya ada riwayat keluarga yang terkena kanker, paling sering dijumpai pada kanker paru usia muda,” imbuhnya.
Tingginya penyakit kanker paru di Indonesia membuat negeri ini berada di nomor 3 untuk kasus kanker paru di seluruh negara. Bahkan Indonesia peringkat ke 3 pada seluruh jenis kelamin.
Dokter cantik ini juga menyatakan kanker paru tidak hanya bisa kena sama pria namun wanita juga bisa. Tapi karena lebih banyak paparan yang terjadi misal perokok, yang paling banya kan pria sehingga harusnya para pria lebih waspada untuk gejala yang terjadi pada tubuhnya.
“Untuk mengantisipasi agar terhindar dari kanker paru ini yang pasti disarankan untuk hidup sehat, berhenti merokok, latihan/olahraga teratur, nutrisi yang cukup gizinya. Itu semua bisa mencegah untuk terjadinya kanker paru dan ditambah ada baiknya pemeriksaan kesehatan minimal setahun sekali untuk screening kanker ini,” katanya.
Sementara, pengobatan untuk kanker paru tergantung jenis kankernya dan stagingnya. Pilihannya bisa kemoterapi dengan obatan yang masuk dari infus, target terapi (makan obat tablet saja sepanjang hidupnya), operasi (tindakan bedah) masih bisa jikalau stagingnya masih di awal (I atau II), juga radiasi. Imunoterapi juga mulai dikembangkan untuk kanker paru.
“Kalau pasien yang sudah Staging lanjut, kanker parunya lanjut atau ada penyebaran ke tempat lain. Pengobatan supportive juga diberikan sesuai dengan lokasi organ yang terkena penyebaran yang mana, apakah otak, pleura atau lokasi lainnya),” tandasnya. (SC03)