Sumutcyber.com, Medan – Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi menyampaikan tentang pentingnya kejujuran dan kasih sayang tehadap sesama. Dua hal ini sangat dibutuhkan dalam upaya membangun Sumut yang bermartabat.
Hal ini disampaikannya saat menghadiri Seminar Nasional ‘Spirit Hijrah Sebagai Washilah Membangun Sumatera Utara yang Bermartabat’, di Aula Raja Inal Siregar, Kantor Gubernur Sumut Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 30 Medan, Sabtu (22/7/2023).
“Pertama adalah soal kejujuran. Dimana nilai itu, akan dapat membawa masyarakat merasa saling percaya satu sama lain,” ujar Edy Rahmayadi.
Hal prinsip yang kedua, lanjut Edy Rahmayadi, adalah kasih sayang. Nilai ini menurutnya akan dapat menjaga persatuan dan kesatuan, serta saling memberikan manfaat satu sama lain, sesuai kemampuan dan tugasnya.
“Bagaimana kita menginginkan dan melakukan sesuatu tanpa kasih sayang. Rasa itu harus ada dan kita tanamkan dalam diri. Begitu juga dalam rangka membangun Sumatera Utara yang Bermartabat, kita harus memikirkan kesejahteraan rakyat, itulah bagian dari rasa kasih sayang,” katanya.
Edy juga menyampaikan ucapan terima kasih atas peran para akademisi, tokoh masyarakat dan tokoh agama yang telah memberikan sumbangsih pemikiran, serta doa dalam upaya melaksanakan tugas pembangunan di Sumut.
“Ada adinda Dedi yang ilmunya begitu luas. Kalau ilmu saya seperti Pak Dedi Iskandar Batubara, bisa saya marahi orang se-Sumut. Tetapi tak bisa, karena ilmu saya jauh dari ilmu yang beliau miliki. Dari bahasa saya, jadi yang boleh marah tentang akhlak adalah beliau (Dedi). Tetapi saya lihat beliau masih senyum-senyum,” ujar Gubernur.
Seminar yang dibuka oleh Rektor Universitas Al-Washliyah (Univa) Medan Prof HM Jamil, menghadirkan para narasumber yakni Prof HM Riwan Lubis (Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), dengan materi seminar, Strategi Rasulullah Dalam Membangun Peradaban yang Bermartabat. Kemudian H Hidayatullah (Anggota DPR RI) yang membawa materi Spirit Hijrah Dalam Membangun Ekonomi Umat Menuju Sumatera Utara Bermartabat.
Selanjutnya ada Prof H Muhammad Jamil, selaku Rektor Univa yang membawa materi seminar dengan judul Peran Perguruan Tinggi Islam Dalam Membangun Masyarakat Madani. Serta narasumber Dr H Dedi Iskandar Batubara, selalu Ketua PW Al-Washliyah Sumut membawa materi, Strategi Membangun Peradaban yang Multikultural.
Rektor Univa HM Jamil menyampaikan ucapan terima kasih kepada Gubernur Edy Rahmayadi dan Pemprov Sumut, atas bantuan yang diberikan dalam pembangunan Gedung Univa. “Pada kesempatan ini, saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Gubernur dan Pemprov Sumut atas bantuan yang diberikan,” ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Rektor I Univa Medan Riduan Harahap dalam sambutannya menyampaikan, bahwa Seminar Nasional bertajuk Spirit Hijrah Sebagai Washilah Membangun Sumut Bermartabat, adalah sebagai bentuk sinergi antara Pemprov Sumut sebagai pengambil kebijakan di dalam membangun peradaban umat, dengan Univa sebagai pusat keilmuan, keadaban yang sangat penting di dalam membangun peradaban umat, khususnya di Sumut yang bermartabat.
“Kami ucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada para narasumber yang berkenan hadir untuk memberikan materi pada seminar. Mudah-mudahan apa yang disampaikan bisa kita menggali nilai-nilai atau semangat hijrah yang sangat penting, baik dalam rangka membangun peradaban nasional Indonesia, khususnya Sumatera Utara,” sebut Riduan.
Sementara dalam paparannya, Ketua PW Al-Washliyah Sumut Dedi Iskandar Batubara menyampaikan makna dari langkah hijrahnya Rasulullah Muhammad SAW. Sebab, bukan sekadar syiar Islam secara sederhana, melainkan juga penegakan hukum, keadilan sosial serta merawat persatuan dan kesatuan.
“Kalau kita melihat dan meneladani Rasulullah berhijrah, langkah pertama yang beliau lakukan adalah mempersatukan Muhajirin dan Anshor. Karena secara bertahap, beliau berusaha melakukan berbagai rekonstruksi di semua aspek kehidupan, sehingga kemudian lahir tatanan baru,” sebut Dedi.
Dedi pun menjelaskan kepintaran Rasulullah menghadapi berbagai perbedaan kelompok, cara pandang dan pemikiran orang-orang masa itu. Bahkan beliau, kata Dedi, sudah punya desain merumuskan pola terbaik menyatukan kelompok yang berbeda.
“Dari segi penamaan saja beliau sudah berhasil. Menyebut nama orang yang hijrah sebagai muhajirin dan menyebut orang yang menerima sebagai Anshor. Tidak ada yang keberatan dengan itu. Jadi pertama beliau sampai ke Madinah, yang ia buat adalah Undang-undang Dasar, kesepakatan dan aturan main,” ungkapnya.
Setidaknya, kata Dedi Iskandar, ada 47 pasal pedoman interaksi sosial antara Madinah dan orang-orang Mekah yang sangat majemuk. Posisinya sama seperti Undang-undang, disusun oleh Rasulullah, sebagai pedoman untuk menyelenggarakan kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Apa yang bisa menjadi kiat kita dalam membangun masyarakat madani dalam basis multikultural ini? pertama penegakan keadilan. Ini adalah elemen dasar yang diinginkan oleh setiap warga negara, baik pada ranah hukum, sosial, ekonomi dan lain-lain. Perlakuan yang sama terhadap semua instrument hukum. Hingga tidak ada warga negara yang diperlakukan berbeda dan diskriminatif. Rasul itu membuatnya dalam pasal 21 Piagam Madinah,” jelas DIB.
Dengan demikian lanjut Dedi, makna hijrah sebagai washilah membangun Sumut Bermartabat, sangat pantas jika mencontoh keteladanan Rasulullah memimpin masyarakat yang berbeda-beda, juga agama yang berbeda pula. Sama halnya di provinsi ini, Sumut didiami penduduk yang heterogen, multi etnis. Sehingga membutuhkan kepemimpinan yang mengayomi serta adil. (SC02)