Kasus DBD di Sumut hingga September 2022 Capai 5.270 Kasus, Meninggal 24 Orang

Ilustrasi Nyamuk Aedes Aegypti penyebab demam berdarah Dengue.

Sumutcyber.com, Medan – Jumlah Kumulatif Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) hingga 15 September 2022 mencapai 5.270 kasus, sedangkan angka meninggal 24 orang.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Sumut drg Ismail Lubis MM mengatakan, kasus DBD pada 2016 mencapai 8.907 kasus, meninggal 59 orang. Tahun 2017 mencapai 5.455 kasus, meninggal 28 orang, tahun 2018 mencapai 5.774 kasus, meninggal 26 orang.

“Tahun 2019 mencapai 7.731 kasus, meninggal 39 orang, tahun 2020 mencapai 3.191 kasus, meninggal 12 orang, tahun 2021 mencapai 2.922 kasus, meninggal 14 orang, tahun 2022 hingga 15 September mencapai 5.270 kasus, meninggal 24 orang, artinya bisa disimpulkan bahwa rata-rata kasus DBD per tahun sekitar 6.000-7000 kasus, jadi wajar jika tahun 2022 Sumut sudah di angka 5.270 per 15 Sept 2022 dan untuk CFR ( Case Fatality Rate) pun hanya berkisar 0,55 %, tidak sampai 1 %.  ” kata Ismail Lubis, Kamis (15/9/2022).

Sedangkan berdasarkan Angka Kesakitan (Incidence Rate) yaitu jumlah kasus DBD disuatu wilayah tertentu selama satu tahun tiap 100.000 penduduk menunjukkan bahwa Sumut per tgl 15 Sept tahun 2022 sebesar 34,6 / 100.000 penduduk, artinya dalam 100.000 penduduk ditemukan 35 orang yang menderita DBD, jika dibandingkan tahun 2019 IR 53,1 / 100.000 penduduk, angka ini menunjukkan penurunan angka kesakitan DBD di Prov Sumut.

Bacaan Lainnya

Sedangkan untuk IR Tahun 2020 dan Tahun 2021 tidak dapat dijadikan pembanding karena  dalam masa Pandemi COVID-19.
Berikut IR di beberapa Kab/Kota

1. Kota Gunung Sitoli sebesar 218,7 / 100.000 penduduk

2. P. Siantar 188,7 /100.000 penduduk

3. Pakpak Bharat 93,8 /100.000 penduduk

4. Sibolga 93,4 / 100.000 penduduk

5. Binjai 83,6 / 100.000 penduduk

6. T. Tinggi 66,3 /100.000 penduduk

7. Medan 55,6 / 100.000 penduduk.

Namun demikian, ia mengatakan pihaknya tetap melakukan berbagai upaya pencegahan dan pengendalian DBD, seperti mengirimkan surat edaran terkait himbauan untuk menerapkan langkah-langkah antisipasi dan pencegahan, mendistribusikan Rapid Diagnostic Test (RDT) DBD untuk diagnosa dini kasus.

Melakukan bimbingan dalam analisis epidemiologi peningkatan kasus DBD ke kabupaten/kota. Melaksanakan Penyelidikan Epidemiologi (PE) peningkatan kasus DBD di kabupaten/kota.

Kemudian, melakukan advokasi ke Pemda yang terindikasi peningkatan kasus DBD. Melakukan fogging di lokasi-lokasi yang berpotensi terjadi penularan DBD dan survei vektor penular DBD.

Disinggung melihat kondisi cuaca saat ini, bagaimana dengan perkembangan nyamuk Aedes Aegypti, ia mengatakan hanya nyamuk betina yang bisa menyebarkan virus dengue (dan juga bs membawa virus zika, chikungunya dan yellow fever) juga menghimbau agar masyarakat aktif melakukan GIRIJ ( Gerakan 1 Rumah 1 Jentik) sebagai salah satu upaya promotif dan preventif dalam hal Penanggulangan DBD.

Di iklim tropis terutama saat memasuki musim hujan karena membuat kondisi lingkungan sangat mendukung bagi nyamuk untuk berkembang biak. Memiliki sifat antropofilik, artinya lebih memilih untuk menghisap darah manusia. Berwarna hitam belang putih di sekujur tubuhnya dan kecil ukurannya.

Bisa terbang setinggi 100 meter dan sejauh 400 meter, sehingga penyebaran virus dapat terjadi hingga jarak yang jauh dari tempat nyamuk bersarang. Senang di air bersih dan jernih yaitu penampungan air, misalnya bak mandi, vas bunga dan talang-talang air, tempat minum air hewan peliharaan serta pembuangan air kulkas/dispenser.

Suka bersembunyi di sudut-sudut ruangan yang minim cahaya matahari, sedangkan di luar rumah suka di lubang pohon yang tergenang air. Aktif menggigit dari pagi sampai sore hari dan waktu paling aktif mencari mangsa sekitar dua jam setelah matahari terbit dan beberapa jam sebelum matahari terbenam, dengan 2 puncak aktifitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00 -17.00.

Multiple feeding dimana bisa menghisap darah beberapa kali dalam satu waktu sampai nyamuknya kenyang sehingga mampu menularkan virus kepada lebih dari satu orang dalam satu waktu. Khas jentiknya biasanya bergerak aktif dari bawah ke atas permukaan air secara berulang-ulang.

Langkah paling efektif dalam pencegahan DBD yang dapat dilakukan masyarakat yaitu menjaga kebersihan rumah dan lingkungan agar tidak menjadi tempat bersarangnya nyamuk Aedes Aegypti dengan melakukan gerakan PSN 3M plus
1. Menutup rapat tempat-tempat penampungan air
2. Menguras tempat-tempat penampungan air secara rutin minimal seminggu sekali dan jgn lupa menggosok dinding penampungan air agar telur nyamuk yang menempel dapat sekalian dibasmi,
3. Mengubur atau mendaur ulang barang bekas)

Plus
1. menggunakan lotion anti nyamuk, obat nyamuk semprot atau obat nyamuk bakar atau elektrik
2. pemasangan kawat kasa
3. Penggunaan kelambu,
4. Menyebarkan bubuk larvasida di tempat penampungan air.
5. Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk
6. menanam tanaman penolak nyamuk seperti lavender, marigold dan serai wangi.
7. Bergotong royong membersihkan lingkungan.

“Bila tidak dilakukan secara serentak dan bersama-sama oleh seluruh lapisan masyarakat dan stakeholder terkait (dinas kebersihan, pemukiman, pendidikan, camat/lurah/kepala desa dan lainnya), maka kasus DBD akan terus bertambah di Sumut,” ungkapnya mengakhiri. (SC03)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *