Medan – Beberapa tahun belakangan ini sejumlah ilmuan atau tokoh peduli pendidikan membuat tulisan di media sosial tentang krisis pendidikan di Indonesia, bahkan akhir-akhir ini malah memunculkan berbagai berita tentang ketidakharmonisan antara guru, siswa dan orang tua hingga kasus saling melapor ke aparat penegak hukum.
Sisi lain sejumlah lembaga survei yang membidangi pendidikan mengklaim bahwa sistem pendidikan di Indonesia di tingkat Negara Asean masuk rangking 4 setelah Singapura, Malaysia dan Thailand serta masuk di peringkat 54 dari 77 negara di dunia.
Menyikapi berbagai masalah dan tantangan di dunia pendidikan, tokoh pendidikan Sumut Drs Syaiful Syafri MM, mengatakan, ada beberapa urgensi yang perlu disikapi untuk meningkatkan kualitas pendidikan, disamping kerjasama dengan lembaga pendidikan internasional yang ada di Indonesia.
“Setidaknya ada beberapa urgensi yang perlu disikapi oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah, terkhusus para dosen di perguruan tinggi, guru, orang tua dan siswa di tingkat sekolah dasar dan menengah, yakni urgensi kepribadian yang unggul dari siswa dan mahasiswa,” kata Kadis Pendidikan Sumut 2010 – 2014 ini kepada media melalui Zoom Meeting terkait dengan upaya yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara, Selasa (5/11/2024).
Untuk kepribadian yang unggul, kata Syaiful, peran orang tua, guru dan dosen menjadi dominan dalam proses belajar dan mengajar, tidak sebatas memgulas materi pembelajaran, tetapi juga memberi motivasi agar siswa atau mahasiswa disiplin, beretika, percaya diri, berani berargumentasi dan memiliki cita-cita di samping mencintai falsafah Bangsa dan Negara Indonesia.
Urgensi lain adalah perkembangan teknologi digital, yang harus diketahui sosok pengajar dan siswa dan mahasiswa, disamping urgensi yang berhubungan dengan kompetensi lulusan yang dibutuhkan dunia kerja, mengandung arti proses belajar mengajar tidak sebatas teori, atau membaca buku yang ada, tanpa penelitian, dan praktik lapangan, sementara siswa atau mahasiswa tidak paham kebutuhan dunia kerja.
“Menyadari kualitas pendidikan kita rendah, berarti perlu urgensi percepatan dalam menghadapi persaingan global, dan ini sudah didukung oleh Presiden RI Prabowo Subianto bahwa peningkatan kualitas pendidikan menjadi salah satu program prioritas kepemimpinannya, dan proses pendidikan ke depan menggunakan berbagai sarana teknologi,” tegas Syaiful.
Nah bagai mana di Sumut yang kita ketahui dari berbagai media masih di rangking 27 di Indonesia? “Kembali berpulang kepada masing-masing kebijakan pemerintah daerah, juga tentunya kualitas staf pengajar dan motivasi guru, dosen dan orang tua agar para siswa dan mahasiswa memiliki masa depan, bukan menjadi tenaga kerja yang selalu di penantian,” ungkap Syaiful.
Padahal, katanya, Sumut memiliki ilmuan yang andal dan telah teruji kompetensinya dalam dunia pendidikan, seperti Dr Parapat Gultom, Dr Indra Nasution, Dr Ichwan Azhari, dan sejumlah ilmuan lainnya yang bisa menjadi narasumber, tanpa banyak teori.
“Yang pasti pemerintah pusat dari segi anggaran dan peraturannya sudah tersedia. Lembaga pendidikan internasional seperti USAID (AS), JICA (Jepang), AUSAID (Australia) dan lembaga pendidikan negara Uni Eropah sudah memberi dukungan, demikian juga dengan Dunia Usaha melalui beasiswa dan sejenisnya, lagi-lagi tinggal kualitas staf pengajar dan komitmen kemerintah daerah,” tutup Syaiful. (SC08)