Sumutcyber.com, Medan – Ketua DPRD Sumatera Utara, Baskami Ginting memberikan perhatian khusus terkait minimnya jumlah guru untuk Sekolah Luar Biasa (SLB) di Sumatera Utara.
Politisi PDI Perjuangan itu, mendorong Pemprov Sumatera Utara melalui Dinas Pendidikan dan pihak terkait mencukupi kebutuhan tenaga pengajar bagi siswa berkebutuhan khusus di Sumut.
“Juga, tentang penambahan sarana dan prasarana penunjang pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus, di Sumut yang diharapkan dapat dipenuhi dari APBD provinsi tahun 2024,” katanya melalui rilis tertulis, Rabu (13/12/2023).
Baskami juga meminta agar dilakukan koordinasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia terkait pendidikan guru SLB di perguruan tinggi.
“Maka masalah terkait kebutuhan pendidik di SLB, harus adanya pendidikan Guru SLB di perguruan tinggi. Idealnya Guru SLB memiliki latar belakang dari jurusan pendidikan luar biasa,” ungkapnya.
Baskami mengungkapkan, di tengah keterbatasan jumlah pendidik bagi SLB, Sumut mengalami kenaikan tren siswa berkebutuhan khusus setiap tahun.
“Ini harus menjadi perhatian kita bersama, negara harus menjamin pendidikan bagi seluruh anak Indonesia demi masa depan Indonesia yang unggul,” tambahnya.
Baskami mengatakan, anak-anak berkebutuhan khusus sesungguhnya memiliki multitalenta yang harus terus diasah.
“Banyak orang tua yang belum berani dan tidak percaya diri untuk menunjukkan bahwa anaknya berkebutuhan khusus di samping biaya pendidikan yang juga masih tinggi,” tambahnya.
Di lain pihak, Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Pembina tingkat Provinsi Sumatera Utara, mengatakan jumlah siswa di SLB Negeri Pembina Medan telah melebihi batas. Bahkan siswa di sana terbanyak se-SLB di Indonesia, yakni 476. Idealnya daya tampung SLB hanya sekitar 300 anak. Sementara rasio guru hanya 76 orang dari yang seharusnya 150 orang.
“Medan sebagai kota terbesar nomor tiga di Indonesia, seharusnya minimal ada tiga SLB. Jadi, kami tidak bisa menerima anak-anak sekitar 40 sampai 50 orang, karena keterbatasan kuota kelas dan tenaga pengajar,” ujarnya.n
Menurut Mardi, tantangan terbesar SLB tenaga pengajar khusus untuk menangani anak-anak berkebutuhan khusus dan juga anggaran. Sebab perlakuan dan treatment yang khusus diperlukan.
“Kami berharap ada respon positif terhadap kebutuhan guru kami melalui jalur PPPK, minimal 15 orang guru,” katanya.
Sampai saat ini, Mardi mengatakan, SLB yang dipimpinnya masih bisa berjalan dengan baik melalui program pelatihan dan adaptasi.
Meskipun, lanjut Mardi, tantangan besar dihadapi selama 10 tahun terakhir, SLB Negeri Pembina terus berupaya memberikan pendidikan terbaik kepada anak-anak disabilitas.
“Idealnya seorang guru mendampingi lima anak disabilitas untuk pembelajaran yang efektif,” pungkasnya. (SC03)