Sumutcyber.com, Jakarta – Kain Batak merupakan salah satu wastra Indonesia yang sarat akan nilai budaya. Walaupun kaya akan nilai budaya, eksistensinya terbilang masih di bawah kain Songket atau Batik. Butuh upaya revitalisasi agar kain Batak tidak punah.
Tobatenun berupaya untuk melakukan berbagai program kerja seperti pelatihan dan pendidikan perajin kain Batak, serta pengembangan komunitas penenun yang didominasi oleh perempuan.
Sejak tahun 2015, pemerintah telah menetapkan Hari Ulos Nasional pada setiap bulan Oktober. Berangkat dari hal tersebut, Tobatenun telah melaksanakan Lomba Selendang Tenun bagi para penenun di Sumatera Utara. Hasil karya pemenang akan dijual ke donatur Yayasan Del kemudian untuk umum, di mana hasil penjualan akan didonasikan ke komunitas Jabu Bonang dalam memeriahkan Acara Ulang Tahun ke-20 Yayasan Del.
Tobatenun memiliki dua pilar utama yaitu nilai sosial dan fair trade. Maka dari itu, Tobatenun berkomitmen untuk menciptakan produk berkualitas dan ramah lingkungan, yang memberikan nilai lebih kepada konsumen serta mendatangkan keuntungan bagi mitra penenun. Hal ini sejalan dengan tema besar acara ulang tahun ke-20 Yayasan Del yaitu Warisan untuk Bangsa.
“Sesuai dengan tujuan Tobatenun dari awal, kami hadir untuk melestarikan kain Batak dan penenunnya. Kami sangat puas melihat karya dari penenun asal Sumatera Utara yang mengikuti lomba Selendang Tenun. Kami juga melihat perkembangan kreativitas penenun yang terlihat pada motif, kemampuan, dan kerapian bertenun dengan material serat alam,” ujar Kerri na Basaria, Ketua Panitia Acara Ulang Tahun ke-20 Yayasan Del dan CEO & Founder PT Toba Tenun Sejahtra.
“Kami juga percaya bahwa inisiasi ini dapat berkontribusi untuk menciptakan warisan untuk bangsa yang merupakan tema besar perayaan Hari Ulang Tahun Yayasan Del ke-20. Selain itu, kami juga berharap donasi ini dapat membantu menyejahterakan kualitas hidup para penenun di komunitas Jabu Bonang,” tambah Kerri.
Tiga orang pemenang dari daerah Samosir telah ditentukan, yaitu Dormauli Nainggolan, Anna Dahlia Silaban, dan Denita Manihuruk. Kualitas tenun yang dihasilkan dari lomba ini lebih bermutu karena menggunakan benang dan serat alami daripada serat sintetis serta pewarna kimia yang biasanya dipakai.
“Kami cukup tertantang dengan lomba ini karena bahan yang digunakan lebih berkualitas dan memiliki keunikan tersendiri. Kami juga turut senang berkat lomba ini kami jadi lebih terlatih, sehingga dapat memproduksi kain Batak dengan kualitas yang lebih bagus serta mampu membantu komunitas penenun. Kami harap warisan dari leluhur kami dapat selalu terjaga sebagai warisan untuk bangsa,” ujar Denita Manihuruk, salah satu pemenang Lomba Selendang Tenun 2021.
Tobatenun juga akan menggelar charity sales dari selendang tenun yang dibuat oleh peserta lomba pada bulan November 2021. Selendang tenun hasil lomba nantinya akan dijual ke donatur Yayasan Del pada 9 November 2021 dan kemudian dibuka untuk umum melalui website Tobatenun.com pada 15 November 2021. Kisaran harga kain handmade para penenun mulai dari Rp 2,5 juta sesuai tingkat kreativitas motif tenun, kerumitan dan kerapihan dari setiap selendang.
Hasil penjualan selendang tenun ini akan dialokasikan untuk bantuan dan pendampingan Jabu Bonang, sebuah komunitas perajin di Sumatera Utara dengan misi pemberdayaan perajin serta edukasi tentang wastra Sumatera Utara. Hasil penjualan juga akan dialokasikan untuk tesPap Smear gratis bagi 50 penenun sebagai bentuk screening awal pencegahan kanker serviks.
Masyarakat yang ingin berpartisipasi untuk melakukan donasi ke komunitas Jabu Bonang juga dapat mengunjungi website Tobatenun.com. (SC03/Rel)