KOLONG jembatan jadi atap bagi Anita (23) dan keluarga untuk berlindung dari panas dan hujan. Kasur usang yang telah dihanyutkan ke sungai, menjadi tempat tidur yang empuk untuk beristirahat setelah ke sana ke mari, lelah mengais rezeki yang tak pasti.
Saat ini, tempat itulah yang mau menampung mereka, ketika ketidakmampuan untuk kontrak atau sewa rumah di Kota Medan. Sudah tiga tahun mereka berada di bawah kolong jembatan itu, tepatnya di Jalan Sei Deli Lingkungan 2 Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat, jauh sebelum Covid-19 menjadi pandemi.
Awalnya, mereka tidur emperan-emperan toko. Namun, saat matahari mulai terbit, mereka harus melangkah pergi tanpa tahu mau ke mana untuk mengisi perut.
“Hampir 3 tahun di sini, mau sewa rumah uang tidak ada, mau cari kerja tidak ada yang menerima, kami sangat susah,” kata Anita, kepada wartawan, Jumat (30/7/2021).
Untuk bertahan hidup, keluarga ini mengharapkan belas kasihan dari warga dengan cara mengemis. Hasilnya, dipakai untuk membeli bahan kebutuhan pokok.
Kemudian, mereka menggunakan kayu bakar untuk memasak makanan dan air. Dalam melakukan aktivitasnya, naik turun dari kolong jembatan ke jalan, keluarga asal Aceh Sigli ini menggunakan seutas tali.
“Tak tentu, kadang Rp40 ribu sehari, buat makan satu hari. Kalau mau makan lagi kami cari uang lagi,” tuturnya.
Anita mengaku, sisa pengungsi korban bencana tsunami yang terjadi beberapa tahun lalu yang melanda Aceh. Awalnya mereka ditampung keluarganya di kota Medan namun belakangan mereka harus mencari tempat sendiri dan akhirnya di tengah ketidakmampuan ekonomi, Mereka terpaksa tinggal berpindah-pindah.
“Di sini yang tinggal abang, kakak dan suaminya beserta tiga anaknya dimana seorang diantaranya baru lahir dan kini baru berusia 2 bulan. lalu,” katanya.
Sementara itu, Ketua Ketua DPD Partai Golkar Sumatera Utara Musa Rajekshah, terkejut saat menemukan keluarga tersebut ketika melaksanakan pemberian Sembako dan nasi bungkus di sekitar kawasan itu.
“Saya terkejut saat melintasi bantaran sungai ditemukan ada masyarakat tinggal dibawah jembatan. Ini menjadi satu catatan dan perhatian kita dan akan saya koordinasikan dengan Wali Kota Medan agar kiranya kita dapat melihat kondisi mereka meskipun secara administratif kependudukan mereka tidak tercatat sebagai warga Sumut, tapi bukan kemauan mereka menjadi miskin dan tidak memiliki tempat tinggal namun inilah fakta bahwa ada masyarakat yang hidupnya masih perlu perhatian,” tegasnya Musa Rajekshah.
Anita terus berharap, satu saat nanti, dirinya keluarga bisa tinggalkan kolong jembatan itu. Sebab, dia tak mau lagi ada ketakutan dengan binatang melata di sekitar sungai, yang bisa kapan saja datang menggigit mereka. Tak perlu lari lagi dan terbangun dari tidur ketika air Sungai Deli meluap untuk menyelamatkan diri. (Mursal Alfa Iswara)