Jakarta – Bencana hidrometeorologi basah akibat hujan dengan intensitas tinggi terus melanda sejumlah daerah di Indonesia. Menurut laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dirilis Minggu (26/1), sebanyak 11 peristiwa baru terjadi di delapan kabupaten/kota dengan dampak signifikan, mencakup 2.760 kepala keluarga (KK) atau 5.723 jiwa terdampak dan dua korban meninggal dunia.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Ph.D., menjelaskan bahwa banjir dan tanah longsor masih menjadi jenis bencana yang dominan akibat tingginya intensitas hujan dalam beberapa pekan terakhir.
“Kami terus melakukan koordinasi dengan BPBD di berbagai wilayah untuk penanganan cepat dan pemantauan potensi bencana susulan,” ujarnya.
Banjir Gunung Mas dan Gorontalo
Di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, banjir merendam 200 rumah dan berdampak pada 613 jiwa di empat desa di tiga kecamatan sejak Minggu (19/1). Meskipun banjir mulai surut Sabtu (25/1), BPBD setempat tetap siaga menghadapi potensi banjir susulan.
Sementara itu, di Kota Gorontalo, hujan lebat menyebabkan banjir di Kelurahan Lekobalo dan Dembe I, dengan total 128 KK atau 426 jiwa terdampak. BPBD Kota Gorontalo telah mengevakuasi 32 KK yang terdampak, meskipun hingga Sabtu siang (25/1), genangan air masih belum surut.
Lampung Selatan hingga Sulawesi Selatan
Bencana serupa terjadi di Kabupaten Lampung Selatan, di mana banjir merendam 781 rumah di 18 desa yang tersebar di delapan kecamatan. Selain itu, angin puting beliung menerjang Desa Haduyang dan Desa Suak di Kecamatan Natar, merusak 38 rumah.
Di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, tanah longsor terjadi di Desa Rante Balla, Kecamatan Latimojong, Sabtu (25/1) malam. Longsor ini menelan korban dua jiwa dan lima lainnya luka-luka. Tim Reaksi Cepat BPBD terus berupaya mengevakuasi korban hingga dini hari.
Penanganan dan Imbauan BNPB
BNPB memastikan penyaluran bantuan logistik, layanan kesehatan, dan penanganan darurat terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat terdampak. Abdul Muhari mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana di tengah cuaca ekstrem.
“Masyarakat perlu mengikuti informasi terkini dan mematuhi arahan dari pihak berwenang untuk mengurangi risiko lebih besar,” tambahnya. (SC03)