Perjuangan Orangtua di Medan Demi Kesembuhan Balitanya dari Kanker Mata

Sumutcyber.com, Medan – Sudah setahun Zidan tak bisa melihat. Bocah berusia 3 tahun ini mengidap kanker mata di kedua bola matanya. Emaknya, Selvina Yusuf Sagala sudah berupaya membawanya berobat, namun kondisi mata salah satu bayi kembarnya itu tak kunjung sembuh.

“Setahun lalu anak saya mengalami sakit mata. Lama-kelamaan matanya mulai membesar,” sebut istri Faisal Fadly ini ketika dihubungi wartawan, Senin (14/02/2022) malam.

Bacaan Lainnya

Warga Dusun IV Gang Mawar, Klumpang Kampung, Kecamatan Hamparan Perak ini mengatakan mereka baru saja pulang dari RSUD dr Pirngadi Medan.

Di rumah sakit milik Pemerintah Kota Medan ini, Zidan sudah dinyatakan mengalami kanker mata stadium akhir (empat). Kondisi fisik Zidan yang lemah pun tak memungkinkan untuk dilakukan kemoterapi atau pun operasi. Oleh sebab itu, keluarga memilih melakukan perbaikan gizi terhadap Zidan sembari menunggu keajaiban.

“Menurut dokternya, kanker mata Zidan sudah stadium akhir, jadi tidak mungkin dilakukan tindakan medis,” sebut Selvina yang sudah dua kali melahirkan bayi kembar.

Selvina menjelaskan, awal Zidan mengalami kanker mata bermula pada tanggal 20 Januari 2021. Saat itu bola mata Zidan yang dari hitam berubah menjadi bola mata kucing.

“Lalu kami melakukan pemeriksaan di rumah sakit khusus mata SMEC Jalan Iskandar Muda. Disitu anak saya divonis Retinoblastoma. Tindakan yang diambil saat itu pengangkatan bola mata kanan supaya jangan menular ke sebelah kiri,” terang Selvina.

Lanjut ibu 4 orang anak ni, karena kondisi Zidan yang sehat, maka mereka berinisiatif melakukan pengobatan herbal (alternatif). Empat bulan melakukan pengobatan alternatif, kondisi bola mata kucing Zidan kembali normal.

“Karena sudah normal, kami tidak datang lagi berobat ke alternatif tersebut. Tapi dua bulan berhenti berobat, timbul warna putih di sebelah kiri. Lalu kami kembali berobat ke alernatif lain,” imbuhnya.

Memang selama pengobatan di alternatif tersebut, bola mata Zidan bertahan. Tidak bengkak dan tidak bertambah parah. Namun pada awal Januari 2022, Zidan tidak mau makan selama 10 hari sehingga fisikinya lemah.

“Karena fisiknya lemah itu, kami infuslah di rumah. Selama diinfus di rumah itu, Zidan mengalami kejang, kolaps, penurunan kesadaran. Lalu kami membawanya ke RS swasta 11 Januari 2022,” ucapnya.

Di RS tersebut, Zidan masuk ke ruang PICU sampai pada 14 Januari 2022. Selama 4 hari di ruang PICU, Zidan pun dikeluarkan dengan alasan penurunan kesadaran bukan dikarenakan benturan, sehingga tidak dilakukan pemantauan khusus.

“Alasan dokter penurunan kesadaran bukan karena benturan akibat kecelakaan. Karena penurunan kesadaran itu, Zidan harus diajak ngomong, digerak-gerakkan sama keluarga agar mungkin bisa meningkatkan kesadaran,” terang Selvina.
Lalu pada 16 Januari 2022, Zidan mulai sadar.

Namun sampai tanggal 27 Januari 2022, rujukan ke RS pemerintah tak dapat juga dengan alasan ruangan penuh.

Karena tak dapat ruangan, akhirnya tanggal 27 Januari itu juga pulang. Saat itu, bola mata kiri Zidan mulai nimbul di bagian bawah.

Selama di rumah, pertumbuhan kanker di mata Zidan mulai meningkat di kedua matanya. Sehingga pada Senin, 14 Februari 2022, orangtua Zidan membawanya ke RS milik Pemko Medan.

“Tadi dokternya mengatakan, kankernya sudah stadium akhir sehingga tidak ada tindakan yang diambil. Baik kemoteraphy, atau pun operasi. Dokternya bilang, yah hanya berdoalah,” ujarnya.

Selvina mengatakan, dia tak mungkin pasrah begitu saja. Dia berusaha agar anaknya bisa sembuh. Walau tak bisa disembuhkan, yang penting anaknya bisa tumbuh besar meskipun tanpa kedua bola matanya.

“Saya masih berharap masih ada rumah sakit yang bisa menyembuhkan kanker mata Zidan,” pintanya. (SC03)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *