Menu

Mode Gelap
Ketum PB PBI Puji Kualitas Venue Boling Sumut Kelas Internasional Aniaya Sakit Hati, Pria Paruh Baya Ditangkap Polres Dairi Polres Dairi Tangkap 4 Siswa SLTA Diduga Perkosa Siswi SMP Wabup Asahan Terima Obor Api PON XXI Aceh-Sumut 2024 Kadis Koperindag Asahan Hadiri Pelantikan Gekrafs Kabupaten Asahan Periode 2024-2027 Wabup Asahan Hadiri Tablig Akbar Cooling System Pilkada Damai Polres Asahan

Ragam

Pentas Sang Kembang Bale, Menghidupkan Kembali Kesenian Klasik Jawa Barat

badge-check


					Sumber: Titimangsa Perbesar

Sumber: Titimangsa

Bandung – Titimangsa bersama Bakti Budaya Djarum Foundation kembali menghadirkan pertunjukan teater dengan produksi ke-79 bertajuk “Sang Kembang Bale (Nyanyian yang Kutitipkan pada Angin)”. Pementasan ini, yang terinspirasi dari kesenian Ronggeng Gunung, merupakan sajian seni pertunjukan klasik dari Jawa Barat yang akan digelar pada 10-11 Agustus 2024 di NuArt Sculpture Park, Bandung.

Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, mengungkapkan bahwa Titimangsa selalu menghadirkan karya-karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga sarat dengan nilai budaya dan sejarah yang mendalam.

“Kali ini, melalui produksi terbaru, Titimangsa berkolaborasi dengan Ariel Tatum serta seniman Jawa Barat dan Jakarta untuk melestarikan kesenian tradisional yang hampir punah kepada para penikmat seni di Bandung. Kami berharap, produksi Sang Kembang Bale ini tidak hanya menghidupkan kembali tradisi yang hampir punah, tetapi juga memberikan pengalaman budaya yang mendalam dan inspiratif bagi semua penikmat seni,” ujar Renitasari.

Kesenian Ronggeng Gunung, yang berasal dari Kabupaten Ciamis dan Pangandaran, kini telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda. Produser Pradetya Novitri menjelaskan bahwa pertunjukan ini telah direncanakan sejak tiga tahun lalu.

“Kesenian Ronggeng Gunung perlu diperkenalkan kepada banyak orang karena kini hanya tersisa dua orang pelakunya. Sangat disayangkan jika tradisi ini tidak diteruskan. Pementasan ini bertujuan untuk mengonservasi pengetahuan tentang kesenian Ronggeng Gunung. Kami melakukan riset langsung ke tempat kelahiran Ronggeng Gunung, serta melibatkan generasi muda untuk belajar langsung dari pelakunya,” tutur Pradetya.

Pementasan yang berlangsung di ruang terbuka ini menyuguhkan kidung, tari, dan drama Ronggeng Gunung, dengan Ariel Tatum sebagai pemain utama yang didukung oleh empat penari dan tiga pemusik. Sang Kembang Bale berkisah tentang kehidupan seorang ronggeng bernama Kembang Bale di Panyutran, Padaherang. Kisah ini menyoroti perjalanan hidupnya dari masa kecil yang penuh kesulitan hingga menjadi ronggeng sejati. Melalui monolog, kegelisahan, konflik batin, ketakutan, keinginan, dan harapan Kembang Bale ditampilkan bersama tembang-tembang Ronggeng Gunung.

Heliana Sinaga, sutradara Sang Kembang Bale, mengungkapkan bahwa penggambaran alur, gerak, musik, dan lagu dalam pertunjukan ini diharapkan menjadi arsip kebudayaan yang dapat dinikmati melalui pengalaman menonton yang berbeda.

“Mengangkat tema Ronggeng Gunung dari biografi para pelakunya, Sang Kembang Bale merupakan alternatif untuk menghidupkan kembali relasi nilai-nilai budaya dan interaksi manusia dengan alam dan penciptanya,” jelas Heliana.

Naskah Sang Kembang Bale ditulis oleh Toni Lesmana dan Wida Waridah, yang menggali pengalaman langsung dari pelaku kesenian Ronggeng Gunung seperti Bi Pejoh, Bi Raspi, dan Mang Sarli. “Kami mencoba memadukan hasil wawancara nyata dan imajinasi fiksi untuk menghadirkan kisah Kembang Bale. Jalinan kisah perempuan yang yakin dengan pilihannya ini diharapkan dapat menyampaikan kenangan, kegelisahan, dan harapannya, sambil tetap menjaga unsur-unsur tradisi yang penting dalam kesenian Ronggeng Gunung,” ungkap Wida.

Rachmayati Nilakusumah, koreografer yang pernah mendalami tari Ronggeng Gunung, menekankan pentingnya kebersamaan dalam tarian ini. “Gerakan utama Ronggeng Gunung adalah pada kaki, dan sangat penting untuk menjaga keselarasan agar tidak terinjak oleh penari lain. Ini menunjukkan filosofi hidup yang ada dalam tarian ini,” kata Rachmayati.

Bagi Ariel Tatum, yang pertama kali berperan dalam monolog di atas panggung, tantangan terbesar adalah mempelajari cengkok dalam menyanyikan lirik lagu. “Rasanya sungguh mengharukan, Ronggeng Gunung adalah warisan leluhur kita yang magis. Semoga dengan pementasan ini, generasi muda mau belajar lebih banyak tentang budaya kita,” ujar Ariel.

Pementasan ini didukung oleh Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia serta Bank BCA, dengan NuArt Sculpture Park sebagai venue partner.

Tim Produksi
Produser Eksekutif: Happy Salma
Produser: Pradetya Novitri
Sutradara: Heliana Sinaga
Penulis Naskah: Toni Lesmana dan Wida Waridah
Penata Musik: Swarantara
Penata Gerak: Rachmayati Nilakusumah
Penata Artistik: Iskandar Loedin
Penata Cahaya: Deray Setyadi
Penata Suara: Imam Maulana
Penata Kostum: Retno Ratih Damayanti
Penata Rias: Yudin Fakhrudin
Pimpinan Produksi: Angelina Arcana
Pemain: Ariel Tatum
Penari: Galih Mahara, Dede Sahrudin, Gugum Cahya Gumilar, Gatot Gunawan Djaya Haryono. (SC03)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Sheila On 7 Siap Sapa Sheilagank Medan, Tiket Konser ‘Tunggu Aku Di Medan’ Tersedia Lagi

6 September 2024 - 14:59

Berkolaborasi dengan Magnum Photo, UNIQLO PEACE FOR ALL Hadirkan Tiga Desain Terbaru, Dukung Perdamaian Dunia

4 September 2024 - 02:58

JNE Medan Raih Penghargaan Perusahaan Peduli Ekonomi Syariah

3 September 2024 - 20:50

JNE Apresiasi Kreativitas Pemenang Content Competition 2024

30 Agustus 2024 - 12:06

Alfamidi Gelar Sosialisasi dan Pelatihan Daur Ulang Sampah di Tepi Sungai Tembung

28 Agustus 2024 - 14:04

Trending di Ragam