Mengenang Pak Tino Sidin, Guru Menggambar Anak 1980-an

Anak-anak generasi 1980-an hingga awal 1990-an, mungkin masih mengingat sosok Tino Sidin. Pria yang akrab disapa Pak Tino Sidin tepat berulang tahun hari ini.
Lahir pada 25 November 1925, Pak Tino Sidin meninggal dunia pada 29 Desember 1995.

Ia terkenal lewat acara edukasi di siaran TVRI berjudul Gemar Menggambar. Pak Tino dikenal selalu memuji atas semua hasil karya anak-anak didiknya di tayangan tersebut.

Dalam acara yang tayang setiap Minggu sore itu, Pak Tino sangat sabar mengajarkan cara menggambar untuk anak-anak di rumah. Teknik menggambar yang diajarkan juga mudah untuk diikuti, seperti menarik garis lurus dan dan garis lengkung.

Tidak sekedar membagikan teknik menggambar yang mudah, Pak Tino juga selalu memberikan kata-kata motivasi untuk hasil gambar dari penonton dari berbagai daerah di Indonesia.

“Nah ini ada gambar pemandangan pantai bagus,” kata Pak Tino saat menerima gambar dari siswa yang mengirimkan hasil karya mereka. Tidak peduli seberapa jelek dan berantakan gambar yang dikirimkan, Pak Tino selalu berkomentar positif.

Meksi acara tersebut kini sudah tidak lagi tayang, generasi sekarang masih dapat menikmati video cara menggambar khas dari Pak Tino Sidin di Taman Tino Sidin yang berlokasi di kediamannya di Yogyakarta.

Di lokasi ini pengunjung bisa belajar menggambar mengikuti instruksi menggambar Pak Tino Sidin yang biasa beliau bawakan di masa lalu. Jadi seolah-olah mereka sedang berinteraksi dengan Pak Tino Sidin secara langsung.

Lokasi ini diresmikan oleh Menteri Pendidikan RI Muhadjir Effendy pada Desember 2017. Selain dapat belajar menggambar ala Pak Tino Sidin yang mudah dan sederhana, pengunjung juga dapat melihat beberapa hasil karya karya Pak Tino semasa hidupnya.

Beberapa karya beliau yang menjadi koleksi di Taman Pak Tino Sidin meliputi kaset koleksi, jam tangan, baju batik, topi baret khas, kacamata, dan beberapa barang berharga dari Pak Tino Sidin.

“Ini salah satu koleksi di sini, memorabilia surat utang Pak Tino kepada Presiden Soeharto. Jadi waktu itu Pak Tino Sidin dalam kondisi terdesak ingin membeli rumah ini.”

“Beliau meminjam 7 juta, setelah angsuran pertama Pak Tino sakit lalu Pak Harto merelakan pinjaman itu,” kata Titik Tino Sidin putri bungsu Tino Sidin dalam wawancara beberapa tahun lalu bersama CNN Indonesia TV.

Kehadiran museum ini juga disambut baik oleh beberapa kolega seni, salah satunya datang dari Guru Besar ISI Yogyakarta, Dwi Marianto. Tino Sidin dikenangnya sebagai sosok inspiratif dan tidak tergantikan.

“Saya masih ingat betul, dulu ketika beliau mengajar itu pasti bilang bagus, sambil membawa karya yang datang, bagi anak kecil yang belum bisa menggambar dan belum percaya diri, pujian itu sangat berarti,” katanya.

Sosok Tino Sidin dengan gaya khas dalam mengajar bahkan telah menjadi legenda, terutama bagi generasi 1980-an.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *