Megawati Soroti Anomali Demokrasi dan Reformasi dalam Rakernas V PDI Perjuangan

Megawati di Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V PDI Perjuangan di Beach City International Stadium, Ancol, Jakarta, Jumat (25/5/2024). (Sumber: pdiperjuangan.id)

Jakarta – Ketua Umum PDI Perjuangan, Prof. Dr. (HC) Megawati Soekarnoputri, mengingatkan tentang pentingnya reformasi yang telah melahirkan demokrasi di Indonesia. Dalam pidato politiknya di Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V PDI Perjuangan yang diadakan di Beach City International Stadium, Ancol, Jakarta, Megawati menyoroti kondisi anomali demokrasi yang terjadi saat ini, terutama terkait Pilpres 2024.

Mengingat Pentingnya Reformasi

Megawati menekankan bahwa reformasi lahir dari keinginan kuat untuk keluar dari pemerintahan otoriter dan mewujudkan demokrasi. “Reformasi lahir sebagai koreksi menyeluruh terhadap watak pemerintahan otoriter, untuk mewujudkan negara hukum yang demokratis. Dalam proses ini, partai politik, pers, supremasi hukum, sistem meritokrasi, dan Pemilu yang jurdil harus hadir sebagai satu ekosistem demokrasi,” kata Megawati.

Dia juga mengingatkan bagaimana reformasi memisahkan TNI dan Polri untuk menciptakan lembaga yang lebih profesional dan netral dalam setiap pemilihan umum. “Dalam masa kepemimpinan saya sebagai Presiden ke-5 Republik Indonesia, reformasi telah memisahkan TNI dan POLRI. Kedua lembaga negara ini dituntut profesional, melepaskan dirinya dari Dwigungsi ABRI, dan bersikap netral dalam setiap pesta demokrasi,” tutur Megawati.

Megawati juga mengenang saat menerima penugasan untuk memisahkan TNI dan Polri, mengingat suasana kebatinan saat itu yang berangkat dari kenyataan terkait bagaimana ABRI selama Orde Baru digunakan sebagai mesin politik melalui fungsi sosial politiknya. “Pemisahan ini, jangan lupa ini keputusan MPR. TAP MPR-nya ada. Dilakukan sebagai kehendak rakyat. Dalam proses itu saya berharap agar TNI dan Polri dapat belajar dari para seniornya,” ungkap Megawati.

Bacaan Lainnya

Mengenang Jenderal-Jenderal Berkarakter

Megawati mengingatkan agar TNI dan Polri belajar dari para pendahulu mereka yang berkarakter kuat, seperti Jenderal Sudirman, Oerip Sumohardjo, dan Gatot Subroto. “Menurut saya mereka orang yang punya karakter,” kata Megawati.

Dia juga menyinggung sosok Jenderal Pol Hoegeng, seorang polisi yang dikenal sederhana dan merakyat. “Kapan polisi seperti Pak Hoegeng lagi ya?,” tanya Megawati, menceritakan kenangannya melihat Hoegeng naik sepeda dengan pakaian lengkap jenderalnya. “Om ngapain naik sepeda, orang pakaian jenderal nanti diomongin orang. Loh ini namanya jenderal merakyat,” cerita Megawati.

Kritik Terhadap Anomali Demokrasi

Menurut Megawati, kondisi ideal yang dicita-citakan kini terancam dengan adanya indikasi kuat intimidasi oleh aparat kepada sejumlah pihak, serta keterlibatan TNI dan Polri dalam politik praktis. “Sebagaimana kita rasakan dalam pilpres yang baru saja berlalu. Saya itu sedihnya gitu, saya ini presiden ketika pemilu langsung pertama dan berhasil. Sekarang pemilunya langsung tapi kok jadi abu-abu,” ungkapnya.

Rakernas V PDI Perjuangan

Rakernas V PDI Perjuangan, yang berlangsung dari 24 hingga 26 Mei 2024, mengusung tema “Satyam Eva Jayate: Kebenaran Pasti Menang” dan subtema “Kekuatan Persatuan Rakyat dalam Kebenaran”. Acara ini dihadiri oleh 4.858 peserta, termasuk fungsionaris DPP Partai, Ketua, Sekretaris, Bendahara DPD dan DPC Partai, Anggota DPR RI, badan dan sayap partai, serta calon anggota DPR RI terpilih pemilu 2024 yang non-incumbent.

Pembukaan Rakernas ditandai dengan penyalaan Obor Api Perjuangan Nan Tak Kunjung Padam oleh Megawati. Obor tersebut diambil dari Mrapen, Grobogan, Jawa Tengah, dan dibawa oleh 25 pelari yang melintasi 20 kabupaten/kota di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jakarta, menempuh jarak 526 km. Setibanya di Jakarta, mereka disambut Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto didampingi oleh Wakil Bendahara Umum PDI Perjuangan Rudianto Tjen, Ketua DPP PDI Perjuangan Wiryanti Sukamdani, Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Krisdayanti dan Putra Nababan.

Megawati didampingi oleh Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang bertindak sebagai pemimpin prosesi, dan juga Ketua DPP PDI Perjuangan yang juga putrinya, Puan Maharani. Megawati, diapit oleh Puan dan Hasto, kemudian menerima dan memantik api untuk dinyalakan dalam arena Rakernas PDI Perjuangan.

“Dengan mengucapkan bismillahirahmannirahim ini adalah simbol karena terus ketika api dinyalakan itu semangat kita terus seperti api nan tak kunjung padam. Ini api di bawa berlari berpaa hari ya 4 ya? itu dari Mrapen dan ini nantinya tetap dinyalakan untuk ditaruh di Sekolah Partai,” kata Megawati sambil memantik api dengan obor.

Solusi Anomali Demokrasi

Dalam pidatonya, Megawati juga menegaskan bahwa solusi untuk menghadapi anomali demokrasi bukanlah dengan mencabut hak rakyat dalam pemilihan langsung. “Menghadapi berbagai anomali demokrasi tersebut, tentu pilihannya bukanlah dengan mencabut hak rakyat, dan mengembalikannya ke dalam tangan MPR RI. Pilihan yang lebih bijak adalah percaya pada adagium Vox Populi Vox Dei,” tegas Megawati, mengingatkan bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan.

Megawati menutup pidatonya dengan kutipan, “Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai,” mengingatkan semua pihak untuk tidak mengaburkan kekuatan suara rakyat demi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.

Rakernas V PDI Perjuangan menjadi momentum penting untuk refleksi dan penegasan komitmen partai dalam menjaga demokrasi dan melanjutkan perjuangan reformasi yang telah dimulai sejak lebih dari dua dekade lalu. (SC03)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *