Grobogan – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Dr. Suharyanto, S.Sos., M.M., melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Grobogan dan Demak, Jawa Tengah, untuk meninjau dampak banjir yang melanda wilayah tersebut, Kamis (23/1/2025).
Banjir yang terjadi pada 20 Januari 2025 disebabkan oleh intensitas hujan tinggi yang mengakibatkan luapan Sungai Lusi, Serang, dan Tuntang, merendam permukiman warga dan merusak fasilitas umum.
Di Grobogan, Suharyanto meninjau jalur rel kereta api Jakarta-Surabaya di Desa Papanrejo, Kecamatan Gubug, yang amblas akibat derasnya arus luapan Sungai Tuntang.
Bersama Direktur PT Kereta Api Indonesia (KAI), Didiek Hartantyo, mereka melihat kondisi rel yang amblas dan perbaikan yang sedang dilakukan oleh petugas teknisi dengan memasang bantalan baja dan beton serta menaikkan ketinggian rel sesuai kondisi semula. Petugas juga menambahkan batu kricak penyangga rel menggunakan kereta ballast untuk memperkuat pondasi.
Untuk mempercepat perbaikan jalur rel, BNPB akan melaksanakan operasi modifikasi cuaca (OMC) selama tiga hari ke depan, dengan tujuan mengalihkan curah hujan agar tidak turun di wilayah Kabupaten Grobogan.
Selain itu, OMC juga dilakukan untuk mendukung percepatan penanganan darurat bencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Pekalongan, serta sebagai mitigasi bencana hidrometeorologi di seluruh wilayah Jawa Tengah.
“Hari ini BNPB melaksanakan operasi modifikasi cuaca. Selama tiga hari. Ini supaya pengerjaan perbaikan jalur kereta api ini tidak terganggu,” imbuhnya.
BNPB juga memberikan dukungan berupa Dana Siap Pakai (DSP) untuk operasional penanganan darurat dan pemenuhan kebutuhan dasar logistik bagi masyarakat terdampak banjir di Grobogan.
“Kami juga mendukung untuk masyarakat yang terdampak banjir, baik TMC maupun dukungan operasional untuk pengungsi,” ujarnya.
Untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang, BNPB akan berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Jeratun Seluna untuk memperkuat mitigasi jangka menengah dengan membangun tanggul. Tanggul tersebut diharapkan dapat melindungi jalur rel kereta api yang melalui Sungai Tuntang dan berfungsi sebagai penahan banjir bagi permukiman penduduk di sekitar.
Suharyanto menambahkan, jangka menengah kita akan berkoordinasi dengan BBWS untuk membangun tanggul. Selain itu, BNPB akan mempertimbangkan opsi jangka panjang untuk merelokasi permukiman warga yang selalu terdampak banjir setiap tahun, yang akan dikoordinasikan lebih lanjut dengan Pemerintah Kabupaten Grobogan.
“Apakah nanti warga yang selalu terdampak banjir ini akan direlokasi nanti kita bicarakan lebih lanjut,” pungkas Suharyanto.
Pimpin Rakor di Grobogan dan Demak
Selanjutnya, Suharyanto memimpin rapat koordinasi percepatan penanganan darurat bencana yang terjadi di Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak. Rapat yang berlangsung di Pendopo Bupati Grobogan tersebut membahas upaya penanganan darurat pascabencana hidrometeorologi basah yang melanda kedua wilayah tersebut. Banjir di Demak disebabkan oleh jebolnya tanggul Sungai Tuntang, yang mengakibatkan limpasan air masuk ke permukiman warga. Data sementara mencatat, 1.006 rumah terdampak yang tersebar pada empat desa di dua kecamatan. Banjir juga membawa material lumpur yang melimpas pada jalan raya yang menghubungkan Semarang-Grobogan.
Dalam arahannya, Suharyanto menekankan pentingnya upaya penyelamatan dan evakuasi sebagai fokus utama bagi warga yang terdampak selama fase tanggap darurat.
“Saat fase tanggap darurat, yang utama penyelamatan evakuasi masyarakat korban dan pengungsi, karena dalam kondisi ini warga yang terdampak sangat memerlukan bantuan terutama pada Golden Time Periode penanganan bencana,” imbuhnya.
Terkait kerusakan fasilitas penunjang, seperti jembatan yang rusak, Suharyanto menginstruksikan agar segera diperbaiki dengan menggunakan jembatan sementara atau Jembatan Bailey, karena akses dan mobilitas penting untuk menunjang percepatan penanganan darurat di lapangan.
“Mengenai jembatan yang rusak, sudah kita perintahkan untuk segera diperbaiki dengan menggunakan jembatan sementara atau Jembatan Bailey, karena dalam hal tanggap darurat akses maupun mobilitas ini penting untuk menunjang percepatan penanganan darurat di lapangan,” tambahnya.
Pelibatan berbagai unsur pentahelix juga sangat diperlukan dalam fase tanggap darurat, termasuk pengerahan alat berat untuk menutup tanggul yang jebol dan melakukan pengerukan sedimentasi di sekitar wilayah sungai yang dangkal.
“Dalam hal kebencanaan, seluruh pihak juga harus mendukung seperti saat ini dibutuhkan pengerahan alat berat, koordinasi secara intensif juga terus dilakukan dengan Kemenhub, KemenPU dan BBWS untuk melakukan penutupan tanggul yang jebol serta memperbaiki jalur kereta yang longsor, karena bencana menjadi urusan bersama,” imbuhnya.
Pada kesempatan ini, BNPB memberikan dukungan logistik dan peralatan, Dana Siap Pakai Operasional, serta Dukungan Tanggap Darurat. Total bantuan untuk Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Demak masing-masing sebesar Rp2.368.375.250, yang meliputi 15 item logistik dan peralatan, makanan siap saji, dan Dana Siap Pakai (DSP).
Turut hadir dalam rapat koordinasi tersebut, Penjabat Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana, Bupati Grobogan Sri Sumarni, Bupati Demak Eisti’an. (SC03)