Sumutcyber.com, Serdangbedagai – Darma Wijaya wakil Bupati Serdang Bedagai, kunjungi Desa Pala Kecamatan Sei Rampah yang terdampak banjir, masyarakat menginginkan solusi, Kamis (26/11/2020).
Saat ke lokasi, selain meninjau rumah yang terdampak banjir tahunan, dia juga memastikan bahwa kondisi pengungsian layak, serta kebutuhan logistik para warga terdampak terpenuhi dengan baik.
Persoalan banjir terjadi disejumlah Dusun Desa Pala kecamatan Sei Rampah merupakan karena faktor alam akibat tingginya intensitas hujan dan kapasitas daya tampung sungai Sei Rampah.
Menyusuri genangan air sebetis, Darma Wijaya mengatakan masyarakat terdampak banjir butuh solusi penanganan bukan saja membutuhkan bantuan makanan, obat obatan.
“Kalau kita di beri amanah, kita akan beri solusi bukan bagaimana kita memberi bantuan beras, mie instan, sayuran.Tapi bagaimana tidak banjir lagi. Karna banyak anak sungai yang tak tertata tidak dibenahi akhirnya ketika hujan gunung semua nya numpuk kemari dan akhirnya terjadi banjir,” jelasnya.
Selain itu, calon Bupati Serdang Bedagai nomor urut 1 itu menyampaikan sejak dirinya menjabat sebagai wakil Bupati Serdang Bedagai, tahun 2017 lalu sungai besar Sei Rampah pernah dilakukan penggalian dengan tenaga swadaya gotong royong masyarakat.
“Saya pernah perbaiki selama jadi wakil bupati. Solusi nya kita korek semua sungai besar itu dengan swadaya gotong royong masyarakat tapi tidak maksimal yang di harapkan. Jadi kalau Insyaallah saya jadi Bupati, ini pasti akan kita pertegas. Bahwa kewenangan pusat harus teratasi. Supaya tidak ada hal hal yang tidak diinginkan terjadi lagi,”tegasnya.
Sementara itu, Muhammad Sanusi (66) warga Dusun III Desa Pala menyampaikan hujan selalu menghantam di setiap akhir tahun pada bulan September hingga Desember.
“Ada solusi yang kami usulkan untuk mengatasi banjir, sungai sungai yang tidak berfungsi akan di optimalkan kembali sehingga kalau mereka di fungsikan mudah mudahan sungai yang datang kiriman tidak langsung jatuh ke rumah warga sehingga debut air pun tersalur di sungai,”pintanya.
Hujan yang terjadi malam hari di Sergai pada Selasa malam membuat sejumlah kawasan banjir di Kabupaten Sergai. Satu kawasan yang banjir ialah di jalan negara km 58, Dusun XII, Desa Firdaus, Kecamatan Sei Rampah, Kecamatan Sei Rampah.
Mirisnya ada beberapa rumah yang banjir yang berjarak 100 meter dari kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan kantor Dinas Pendudukan Catatan Sipil (Disdukcapil). Rumah tersebut mengalami kebanjiran sebetis orang dewasa.
Salah seorang warga yang mengalami kebanjiran ialah Ahmad Zulfan. Ia tinggal di daerah itu sejak tahun 1963 silam.
Ahmad Zulfan mengatakan kejadian banjir tersebut sudah merupakan tragedi tahunan. Menurutnya banjir tersebut terjadi hampir setiap tahun.
Ia bercerita ada beberapa tahun yang lalu mereka tidak merasakan banjir. Kala itu sungainya baru siap dikeruk dan dilebarkan sehingga rumah mereka tidak kebanjiran.
“Akhir-akhir ini sering curah hujan tinggi. Kami hujan ini pengaruhnya karena di Dolok Masihul. Karena air dari dataran tinggi turun ke dataran rendah,” ujarnya saat diwawancarai di teras rumahnya yang penuh air, Selasa (24/11/2020).
Ahmad menuturkan Sungai Rampah yang berada di belakang rumahnya itu sudah dangkal. Mulai dari Sungai Rejo hingga sungai ke Bedagai itu sudah terlalu dangkal.
Faktor lain yang membuat sungai dangkal ialah karena banya sampah. Selain itu Daerah Aliran Sungai (DAS) juga sudah dipakai untuk penanaman sawit.
“Tahun ini untuk kejadian yang besar sudah terjadi dua kali. Yang kemarin gak setinggi ini lalu balek airnya. Nah ini udah yang kedua kalinya. Ini lebih besar dari yang kemarin. Karena kemarin gak sampe kek gini dia,” kata Ahmad menjelaskan kondisi di sekitar rumahnya.
Ahmad Zulfan berharap kepada pemerintah sempat agar sungai-sungai yang berada di kawasan Sei Rampah dikorek kembali. Karena sebelumnya ketika sungai itu dikorek dengan swadaya masyarakat cukup ampuh mengurangi banjir.
“Waktu swadaya masyarakat itu, beko itu lah diperbantukan. Tapi swadaya masyarakatnya lebih besar dengan cara mengumpul duit kemudian gotong royong,” kata Ahmad.
Menurut Ahmad Zulfan, selama ini belum ada Dinas PU yang turun langsung untuk mengecek rumahnya kebanjiran. “Dulu saya berkerja di sana. Di kantor capil. Saya pensiunan capil. Kantor saya bersebelahan sama PU. Orang itu biasa aja nengok in. Kadang ke situ main-main kan. Gak ada ngasi solusi,” katanya sambil menunjuk kantor dinas catatan sipil yang tak jauh dari rumahnya.
Faktor lain yang membuat air lama surut ialah karena saluran air di depan rumahnya tidak ada. Tidak ada parit untuk saluran pembuangan air.
Jadi dari jalan raya ke ke halaman rumah tidak memiliki titi jembatan. Andaikan memiliki saluran yang dibuat saluran air berupa ring maka air bisa lewat dan surut.
Warga lain yang juga tinggal di daerah yang sama, Edi mengatakan untuk tahun 2020 banjir besar seperti itu sudah terjadi dua kali. Sedangkan tahun sebelumnya juga sering terjadi.
“Namun tahun 2001 itu lebih besar lagi dari sini. Tahun 1979 juga lebih besar lagi dari sini,”ujar pria yang tinggal di Desa Firdaus sejak tahun 1952. Menurut Edi banjir tersebut terjadi karena sungai yang di belakang rumahnya terlalu kecil dan dangkal. Sedangkan debit air terlalu banyak karena curah hujan tinggi.
“Pembuangan air ya cuma satu lah, sungai Sei Rampah. Kalau dari belidaan ini kecil dia. Air sungai itu kalau debit air banyak, air itu balek kemari dia airnya itu tumpah. Air ini berasal dari belakang. Sungai itu ada di belakang, sungai belutu ,” katanya.
Menurut Edi jika sudah banjir seperti itu maka butuh waktu satu minggu agar benar-benar kering.
“ Kalau kita sebagai warga masyarakat di Desa Firdaus Kecamatan Sei Rampah ini hendaknya kepada pemerintah peduli untuk normalisasi sungai. Mulai dari Sungai Rampah sampai di Muara Tanjung Beringin ,” katanya.(SC03/Rel)