Sumutcyber.com, Medan – Pandemi Covid-19 yang melanda dunia pada awal Maret 2020 membawa dampak yang sangat besar bagi semua sektor kehidupan manusia. Salah satunya, bagi dunia Pariwisata seperti Kepulauan Nias, akibat kebijakan pemerintah menutup pintu masuk internasional.
Namun, kebijakan ini tentunya guna mencegah varian-varian baru Covid-19 masuk ke Indonesia.
“Dampaknya banyak pengelola wisata mengandalkan wisatawan lokal untuk bertahan. Oleh karena itu, di tengah pandemi yang belum berakhir ini dibutuhkan inovasi supaya dunia pariwisata di Kepulauan Nias Kembali bergeliat dan berdampak pada meningkatan pendapatan masyarakat,” kata Pemerhati Pariwisata Kepulauan Nias, Mario Hulu kepada wartawan, Sabtu (23/10/2021).
Dicontohkannya, di tengah pandemi Covid-19, perilaku hidup sehat menjadi kewajiban yang harus dijalankan. Bersepeda merupakan olahraga yang booming sejak pandemi melanda. Karenanya, pengembangan cycling tourism mungkin menarik untuk diadopsi mengingat Kepulauan Nias memiliki banyak destinasi wisata, seperti Desa Wisata Bawomataluo (Lompat Batu); wisata pantai, wisata sejarah (peninggalan jaman megalitikhum), wisata durian dan wisata memancing.
“Selain karena potensi pasar yang mendukung, cycling tourism juga tidak memerlukan anggaran yang besar, pemerintah daerah cukup memanfaatkan dan mengembangkan aset dan potensi yang ada,” tutur Mario.
Dijelaskannya, Cycling tourism juga merupakan jenis wisata yang mendukung penerapan pariwisata berkelanjutan yang terdiri dari pilar sosial ekonomi, budaya, dan lingkungan.
“Untuk mengembangkan Kepulauan Nias menjadi destinasi cycling tourism yang perlu dipastikan pemerintah daerah telah menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan. Hal ini penting karena pengembangan cycling tourism membutuhkan kolaborasi dan koordinasi antara Dinas Pariwisata, Dinas Pemuda Dan Olahraga, Dinas PU, Dinas Perhubungan dan Satpol PP,” sebutnya.
Kolaborasi yang baik dari berbagai pihak tersebut, lanjut Mario, nantinya akan mampu menciptakan penyelenggaraaan cycling tourism yang apik dan berimbas baik bagi masyarakat sekitar. Di bidang akomodasi misalnya, Kepulauan Nias yang masih terbatas fasilitas menginapnya. Akomodasi hotel berbintang misalnya yang hingga saat ini belum tersedia. Padahal, potensi wisata sangat kaya dan layak mendapat sorotan dunia.
“Dari sisi sarana, akses jalan dan transportasi juga belum sepenuhnya memadai sehingga pengembangan pariwisata di Kepulauan Nias belum maksimal.
Di mata para wisatawan mancanegara, Kepulauan Nias memang menjadi lokasi wisata eksotik yang menarik untuk dikunjungi. Jumlah wisatawan asing bahkan jauh lebih tinggi ketimbang wisatawan dalam negeri. Per Juli 2017 tercatat jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Nias sebanyak 50.418 orang, terdiri dari 426 wisatawan domestik dan 49.922 wisatawan mancanegara,” ungkap Mario.
Beberapa turis asing, sambungnya, bahkan menjadikan Nias sebagai rumah kedua mereka sambil tetap menjalankan aktivitas bekerja jarak jauh atau lebih dikenal dengan istilah Digital Nomad.
“Pembenahan sektor pariwisata meliputi penyediaan infrastruktur akses jalan, akomodasi serta jasa pramuwisata lokal yang mumpuni diharapkan akan mampu membuat cycling tourism berjalan lancar dan menyerap wisatawan lokal dan internasional dalam jumlah yang besar,” tutup Mario. (SC03)