Oleh Rizky Adriansyah
Yah, begitulah kesimpulan yang dapat menggambarkan seluruh “problema” yang terjadi di fasilitas kesehatan Pemko Medan tersebut. Seolah-olah yang terjadi hanya sebatas “tabung oksigen kosong”. Padahal fakta yang saya dapatkan informasinya adalah banyak sekali kekosongan obat-obatan dan Alkes di sana.
Masalah yang lebih rumit lagi adalah bagaimana RS Pirngadi mampu membayar hutang-hutangnya kepada para vendor, di sisi lain juga harus membayar jasa tenaga kesehatan di sana secara tepat waktu. Ini hanya mampu diselesaikan oleh pengambil kebijakan. Sudah tentu Walikota.
Anggota DPRD Medan? Berhentilah berbuat seolah-olah peduli dengan RS Pirngadi, bukan Ratu Entok saja yang punya keluhan agar pelayanan kesehatan kita lebih baik. Tapi naikkanlah sedikit IQ dan EQ anda, untuk melihat masalah di RS Pirngadi secara komprehensif, pelajari dan pahami aspek historis, geografis, dan peran sentral RS Pirngadi sebagai pusat rujukan termasyhur sejak era pra kemerdekaan sampai era 90-an. Pada saat itu RS Pirngadi berkompetisi, ber”fastabiqul khairat” sejajar dengan RS rujukan bersejarah lainnya, seperti RS Ciptomangunkusumo, RS Soetomo, RS Sarjito, dan lain-lain.
Yang seharusnya dilakukan oleh anggota DPRD Medan adalah lakukan fungsi sebagai legislator yang bermutu, dengan melakukan pengawasan publik terhadap kinerja RS Pirngadi Medan dalam melayani kesehatan masyarakat. Mengapa anda semua diam dengan amburadulnya sistem birokrasi pelayanan kesehatan? Apakah anda tidak tahu atau pura-pura?
Harapan saya dan semua warga yang peduli RS Pirngadi, memang tertuju kepada Pak Walikota Medan. Segala masukan dan saran, mungkin sudah banyak, tapi saya belum melihat ada gebrakan yang dibuat, seperti Bapak melakukan revitalisasi kawasan kesawan. Kalau hanya soal “tabung oksigen kosong”, audit investigasi mudah dilakukan dan gampang ditindaklanjuti. Tapi ada masalah yang jauh lebih krusial, kalau Bapak bisa atasi, warga Medan akan kenang Pak Bobby sebagai pemimpin muda yang luar biasa yang mampu menyulap RS Pirngadi menjadi RS berkelas internasional dan merakyat.. saya tunggu. (Penulis adalah Praktisi Kesehatan)