Site icon SUMUTCYBER.COM

Rektor IKH: Sentuhan Manusia Tak Tergantikan oleh Teknologi dalam Dunia Medis

Medan – Rektor Institut Kesehatan Helvetia (IKH), Assoc. Prof. Dr. H. Ismail Efendy, M.Si., menegaskan bahwa di tengah pesatnya perkembangan teknologi dalam dunia medis, peran tenaga kesehatan dengan sentuhan humanis tetap tidak tergantikan.

Hal ini ia sampaikan dalam pidatonya saat mewisuda 297 lulusan periode II tahun akademik 2023-2024 di Selecta Convention Hall, Medan, Selasa (25/2).

“Teknologi memang mendukung kemajuan di dunia kesehatan, mulai dari diagnosis berbasis kecerdasan buatan hingga digitalisasi rekam medis. Namun, teknologi tidak bisa menggantikan sentuhan manusia. Pasien bukan hanya angka atau data, mereka adalah individu yang membutuhkan empati, perhatian, dan komunikasi yang baik,” ujar Ismail Efendy di hadapan para wisudawan.

Di hadapan Pembina Yayasan Helvetia, Dr. dr. Razia Begum Suroyo, M.Kes., Rektor IKH menekankan bahwa tantangan kesehatan global ke depan semakin kompleks.

“World Health Organization (WHO) memproyeksikan bahwa pada 2025, penyakit tidak menular seperti diabetes, jantung, dan kanker akan terus meningkat. Di sisi lain, kesehatan mental juga menjadi perhatian utama, dengan depresi diperkirakan menjadi salah satu penyebab kecacatan tertinggi di dunia,” ungkapnya.

Menurutnya, lulusan IKH memiliki bekal yang cukup untuk menghadapi tantangan tersebut. Selain dibekali dengan kemampuan teknologi medis dan digitalisasi, mahasiswa juga mendapatkan pelatihan soft skill serta pendidikan kemanusiaan agar tetap menjaga nilai-nilai humanisasi dalam pelayanan kesehatan.

“Sebagus apa pun teknologi, pasien tetap membutuhkan dokter dan tenaga medis yang dapat memahami perasaan mereka, memberikan perhatian, dan membangun komunikasi yang baik. Inilah yang terus kami tanamkan kepada mahasiswa agar mereka menjadi tenaga kesehatan yang tidak hanya kompeten secara akademik, tetapi juga memiliki jiwa kepedulian sosial yang tinggi,” lanjut Ismail Efendy.

Senada dengan hal tersebut, Ketua BPH IKH, Prof. Dr. H. Bahdin Nur Tanjung, juga menyinggung pentingnya keseimbangan antara teknologi dan sentuhan manusia dalam dunia medis. Ia memberikan apresiasi kepada Yayasan Helvetia yang dinilai memiliki komitmen kuat terhadap hal ini.

“Tantangan terbesar kita adalah bagaimana tetap relevan dan kompetitif dengan perkembangan teknologi,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala LLDIKTI Wilayah I Sumut, Prof. Drs. Saiful Anwar Matondang, M.A., Ph.D., turut memberikan sambutan melalui video dalam acara pelepasan wisudawan tersebut.

Lebih lanjut, Rektor IKH menyatakan bahwa institusinya berkomitmen untuk menjadi lembaga pendidikan kesehatan berbasis riset dan teknologi yang unggul pada tahun 2035. Dalam mendukung visi tersebut, Yayasan Helvetia telah memfasilitasi lima rumah sakit besar di Kota Medan sebagai tempat praktik mahasiswa.

“Selain itu, saat ini tengah dipersiapkan pembangunan Rumah Sakit Gigi dan Mulut guna memperluas pengalaman klinis bagi mahasiswa kesehatan. IKH juga telah memiliki Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi,” ungkapnya.

Sebanyak 297 lulusan resmi dilepas untuk mengabdikan diri di dunia kesehatan, terdiri dari 40 lulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dan 257 lulusan Fakultas Farmasi dan Kesehatan (FFK).

Dengan pendidikan yang menyeimbangkan teknologi dan sentuhan kemanusiaan, lulusan IKH diharapkan mampu memberikan pelayanan medis yang tidak hanya profesional, tetapi juga penuh empati, sehingga menjadi garda terdepan dalam menjawab tantangan kesehatan di masa depan.

Capping Day

Acara wisuda dilanjutkan dengan kegiatan Capping Day yang menjadi momen istimewa menandai peralihan mahasiswa keperawatan dan kebidanan dari tahap akademik ke dunia praktik profesional.

Simbol pemasangan cap dan lilin bukan sekadar seremonial, tetapi juga menjadi tanda kesiapan mereka mengemban tugas sebagai tenaga kesehatan yang kompeten dan bertanggung jawab.

Dalam pidatonya, Rektor menegaskan bahwa Capping Day bukan hanya selebrasi, tetapi juga pengingat akan pentingnya profesionalisme dan nilai-nilai kemanusiaan dalam pelayanan kesehatan.

“Mahasiswa yang telah mencapai tahap ini diharapkan tidak hanya menguasai keterampilan teknis, tetapi juga mampu memberikan pelayanan yang humanis, berempati, dan berorientasi pada kesejahteraan pasien,” tegas Ismail Efendy.

Ia juga mengajak para mahasiswa untuk terus belajar dan mengembangkan diri agar mampu beradaptasi dengan perkembangan dunia medis yang dinamis.

“Dengan semangat integritas, dedikasi, dan kepedulian, mereka diharapkan menjadi tenaga kesehatan yang tidak hanya ahli di bidangnya, tetapi juga menjadi garda terdepan dalam memberikan layanan terbaik bagi masyarakat,” pungkasnya. (SC03)

Exit mobile version