Sumutcyber.com, Medan – Puasa tidak hanya sekedar menahan lapar dan dahaga saja. Akan tetapi banyak sekali manfaat puasa, baik kesehatan fisik maupun psikis, terutama yang menyangkut mental. Puasa dinilai akan menambah kemampuan seseorang untuk menahan marah dan dorongan-dorongan yang dapat membatalkan puasa.
“Puasa sangat baik dalam mengembangkan kemampuan berempati dan menunda kepuasan. Kedua hal ini merupakan bagian dari kecerdasan emosional,” kata Direktur Minauli Consulting Psikolog Dra. Irna Minauli, MSi, Minggu (24/4/2021).
Seharusnya, lanjut Irna Minauli, mereka yang berpuasa dapat menunda kepuasan segera demi meraih keberhasilan di masa depan. “Puasa juga merupakan bentuk ketaatan (faithful) kepada Sang Pencipta. Mereka yang memiliki ketaatan tentunya akan lebih mudah menjalankan kehidupan, sehingga tidak mudah depresi ketika dihadapkan pada kesulitan,” ungkapnya.
Mereka yang berpuasa, juga akan memiliki kemampuan melihat hikmah di balik setiap kesulitan yang dialaminya. Selain itu, mereka akan lebih mampu memahami dan mengambil makna dari penderitaannya. Sebagaimana teori yang dikembangkan oleh Frankl tentang “Meaning in suffering” yang menggambarkan bagaimana kemampuan seseorang dalam menghadapi penderitaan.
Dalam kehidupan keseharian, tentunya kita akan dihadapkan pada berbagai masalah. Maka dengan berpuasa, seseorang akan lebih mendekatkan diri pada Allah. “Ibadah shalat, khususnya yang dilakukan secara berjamaah akan memberi banyak makna baik secara pribadi maupun secara sosial,” imbuh Irna.
Sebagaimana diketahui, lanjutnya, membangun silaturahmi membuat seseorang membangun dukungan sosial (Social support) sehingga akan memudahkan dirinya ketika dihadapkan pada masalah.
Sedangkan kegiatan mengaji dan berzikir pada bulan puasa, akan menjadi suatu bentuk meditasi yang baik. “Pada saat beribadah maka konsentrasi akan lebih fokus. Ada koneksi antara dirinya dengan sang pencipta yang memudahkan komunikasi antara keduanya,” tutur Direktur Minauli Consulting.
Selain itu, pada saat berpuasa maka akan terbentuk mindfulness yaitu suatu kesadaran yang menghubungkan antara pikiran dan fisik. “Selama ini kita sering melakukan sesuatu tanpa mencoba menghayati sensasi secara fisik. Misalnya ketika sedang mengambil air wudhu maka seharusnya kita mencoba menghayati setiap tetes air yang mengenai organ tubuh kita. Tentu pada saat itu kita bisa sambil memanjatkan doa tertentu,” pungkasnya.
Itu sebabnya, tambah Irna, ketika menyambut Ramadhan seorang Muslim sejati tentunya akan menyambutnya dengan senang hati, karena inilah saatnya di mana dirinya lebih memfokuskan diri pada dirinya sendiri dan kehidupan spiritualnya. “Karena kehidupan spiritual yang baik akan berpengaruh positif terhadap banyak hal termasuk pengendalian emosi dan kehidupan sosialnya,” tambahnya. (SC03)