Medan – Di era digital yang semakin berkembang, berbagai layanan publik mulai bertransformasi untuk mempermudah akses masyarakat. Salah satu layanan yang mengalami perubahan signifikan adalah BPJS Kesehatan.
Namun, tidak semua orang memahami kemudahan yang kini tersedia. Seperti yang dialami oleh Diva Lauren Raja Gukguk, seorang perawat muda berusia 20-an, yang datang ke kantor BPJS Kesehatan untuk mengurus kartu identitas kesehatan milik opungnya yang hilang.
“Sebagai tenaga kesehatan, saya setiap hari berurusan dengan pasien, tapi saya sendiri baru tahu kalau sekarang peserta BPJS Kesehatan bisa menggunakan KTP atau kartu digital saja untuk berobat. Sebelumnya, saya selalu berpikir kartu fisik itu wajib dibawa, karena itulah saya datang ke kantor BPJS untuk mengurus kartu opung yang hilang. Ternyata, dengan kemajuan teknologi, semua menjadi lebih mudah. Jujur, saya sangat terbantu dan merasa ini langkah besar dalam pelayanan kesehatan,” ujar Diva sambil tersenyum.
Kehadiran Diva di kantor BPJS Kesehatan Cabang Medan bukan tanpa alasan. Ia tengah membantu opungnya, seorang perempuan berusia 68 tahun, yang membutuhkan layanan kesehatan. Opung Diva telah terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan jenis Penerima Bantuan Iuran (PBI) sejak dua tahun lalu. Kepesertaan ini diperoleh melalui program di tingkat kelurahan, yang membantu masyarakat kurang mampu mendapatkan akses kesehatan.
“Opung saya didiagnosis kanker payudara dua tahun lalu, dan itu jadi salah satu momen terberat dalam keluarga kami. Awalnya, dia hanya merasa ada benjolan kecil di payudaranya, tapi sakitnya semakin sering dirasakan. Setelah diperiksa lebih lanjut, dokter mengatakan itu kanker. Sebagai keluarga, tentu kami khawatir, tapi kami berusaha sekuat mungkin memberikan dukungan. Untungnya, dokter yang menangani sangat ramah, jadi opung merasa nyaman menjalani pengobatan,” cerita Diva.
Menurut Diva, diagnosis kanker payudara menjadi titik balik dalam hidup sang opung. Penyakit yang umum menyerang perempuan ini sering ditandai dengan gejala seperti benjolan di payudara, perubahan bentuk, hingga nyeri yang berkepanjangan. Sejak divonis, opungnya secara rutin menjalani pengobatan dan berkonsultasi dengan dokter.
Dukungan dari tenaga medis yang ramah membuat keluarga mereka merasa lebih tenang dalam menjalani proses perawatan.
“BPJS Kesehatan sangat membantu proses pengobatan opung saya, terutama dengan kondisi keuangan kami yang terbatas. Kalau harus membayar sendiri, saya rasa kami tidak akan sanggup, karena biaya perawatan kanker itu sangat mahal. Untungnya, dengan program PBI dari BPJS Kesehatan, pengobatan opung bisa terus berjalan tanpa kendala. Saya benar-benar mengapresiasi langkah pemerintah menyediakan program ini. Ini adalah penyelamat bagi keluarga kami dan banyak orang lainnya,” ujar Diva dengan penuh rasa syukur.
“Saat ini, opung saya masih menjalani pengobatan dan meminum obat dari dokter. Meski perjalanan ini tidak mudah, kami merasa lebih percaya diri. Kami percaya bahwa usaha yang konsisten akan membuahkan hasil. Opung saya sekarang lebih sehat dibandingkan dulu, dan itu memberi kami harapan besar,” tambahnya saat ditemui oleh Tim Jamkesnews BPJS Kesehatan Cabang Medan (19/12/2024).
Diva berharap transformasi digital di BPJS Kesehatan dapat terus berkembang. Menurutnya, penting untuk memastikan bahwa setiap orang, termasuk yang kurang paham teknologi, tetap mendapatkan pendampingan. Ia percaya layanan ini bukan sekadar administrasi, tetapi jembatan menuju akses kesehatan yang lebih inklusif dan kesejahteraan yang merata bagi semua. Baginya, kolaborasi antara pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat sangat diperlukan untuk mewujudkan sistem kesehatan yang lebih baik. (SC03)