Sumutcyber.com, Deliserdang – Provinsi Sumatera Utara (Provsu) melepas ekspor 819,36 ton biji kopi ke berbagai negara belahan dunia dari PT Sari Makmur Tunggal Mandiri di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara, Selasa (26/3/2019).
Kopi tersebut diekspor ke negara Rumania, Jepang, Kanada, Belgia, Meksiko, Amerika Serikat, Taiwan, Inggris, China, Jerman, Australia dan Singapura dengan harga Rp72,92 milyar .
“Kami pastikan kopi biji ini telah memiliki Phytosanitary Certificate (PC), artinya sudah bebas dari Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) dan memenuhi persyaratan standar SPS Internasional sehingga tidak ada resiko ditolak oleh negara tujuan ekspor,” ujar Kepala Badan Karantina Pertanian Belawan Ali Jamil.
Ali mengatakan, kopi yang diekspor berasal dari berbagai daerah di Sumut seperti Kopi Sidikalang, Sipirok, Mandailing, Tarutung dan Kopi Lintong. “Kopi dari daerah ini, telah menambah devisa negara melalui ekspor ke berbagai negara di belahan dunia. Sumatera Utara sendiri merupakan propinsi ke empat sebagai produsen penghasil kopi terbesar dalam negeri setelah Sumatera Selatan, Lampung dan Aceh,” ujar Ali Jamil.
Ali Jamil juga mengatakan, kopi asal Sumut merupakan kopi yang paling diminati lebih dari 40 negara diseluruh penjuru dunia. “Amerika Serikat adalah negara yang terbanyak mengimpor kopi dari Sumatera Utara, Indonesia. Perusahaan kopi raksasa Amerika umumnya menyukai kopi Arabika dengan kualitas grade 1,” jelas Ali Jamil.
Meski banyak diminati, kata Ali Jamal produksi kopi di Indonesia dalam lima tahun belakangan cenderung fluktuatif bahkan sempat mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir. ” Tahun 2014 ekspor kopi 70.252,775 ton dengan nilai Rp5,268 Trilliun lalu meningkat pada 2015 jadi 77.290,224 ton dengan nilai Rp 5,796 Trilliun,” ujar Ali Jamil .
Setelah itu kata Ali Jamil pada 2016 terjadi penurunan menjadi 71.794,696 ton dengan nilai Rp5,384 triliun, begitupun ekspor kopi sepanjang 2017 menurun menjadi 65.795,246 ton dengan nilai harga Rp4,934, hal serupa juga terjadi pada 2018 menjadi 65.347,10 ton senilai Rp4,901 trilliun.
“Penurunan produksi kopi ini dipengaruhi oleh cuaca yang didominasi oleh kemarau basah, di mana curah hujan lebih tinggi sepanjang tahun,” ungkap Ali Jamal.
Sementara itu Wakil Gubernur Sumut, Musa Rajeckshah (Ijeck) yang juga turut hadir mengatakan, meski menjadi penghasil kopi, namun masih menjadi ketimpangan harga jual kopi di Sumut hingga tidak mampu memberikan jaminan kesejahteraan terhadap petani.
Komentar Anda