BKM At Taqwa UMA Hadirkan Da’i Syekh Dr Apt Thyazen Abdo Hizam Alhakimi di Pengajian Bulanan

Medan – Badan Kemakmuran Masjid (BKM) At Taqwa Universitas Medan Area (UMA) menghadirkan da’i dari Bandung, Jawa Barat, Syekh Dr Apt Thyazen Abdo Hizam Alhakimi, MSi pada pengajian bulanan civitas akademika UMA di Masjid At Taqwa Kampus I UMA, Jalan Kolam Medan Estate, Sabtu (24/8/2024) lalu.

Pengajian bulanan dirangkai dengan penyerahan santunan rutin Yayasan Pendidikakan Haji Agus Salim kepada 50 anak yatim dan 50 kaum dhuafa.

Hadir dalam kegiatan itu, Ketua Yayasan Pendidikan Haji Agus Salim (YPHAS) Drs HM Erwin Siregar, MBA, Rektor UMA Prof Dr Ir Dadan Ramdan, MEng, MSc, para wakil rektor, dekanat, fungsionaris dan pegawai di lingkungan UMA.

Juga hadir Ketua BKM At Taqwa UMA Dr Zainun, MA, Sekretaris BKM Dr Fauzi Wikanda, MPd I, Wakil Ketua I Dr Firmansyah, MA, Wakil Ketua II Dr Abdul Haris, SAg, MSi, Bendahara Liza Umami Margolang, Koordinator Bidang Ibadah dan Kemakmuran Masjid Dr Riski Pristiandi, MPemI, Bidang Dakwah dan Kerjasama Dr Siti Hawa Lubis, MPdI, Bidang Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) Erni Ernawati, SE, Sekretariat Alifiah Margolang SPdI dan pengurus lainnya.

Bacaan Lainnya

Syekh Dr Apt Thyazen Abdo Hizam Alhakimi dalam tausiyahnya bertopik “Apakah Kita Sudah Benar-benar Merdeka?” mengatakan, topik tersebut mengingatkannya saat datang ke Indonesia. Ketika duduk di bangku Sekolah Dasar di Yaman, para murid belajar tentang geografi. Di antara negara-negara yang dipelajarinya tertulis nama Indonesia yang disebut sebagai negara Islam terbesar di dunia.

“Ketika saya dengar nama Indonesia, saya langsung berdoa, ‘Ya Allah berikanlah kemudahan bagi saya supaya saya bisa silaturahim dengan saudara saya di Indoneaia’. Lewat geografi itu juga saya tahu tentang keindahan Indonesia, alamnya yang menawan dan masyarakatnya yang mayoritas beragama Islam. Semakin saya dalami sejarah Indonesia, saya semakin cinta kepada negeri ini,” kata da’i kelahiran Yaman ini dengan bahasa Indonesia yang fasih.

Ketika lulus SMP, tambah Thyazen Abdo Hizam Alhakimi, doanya belum dikabulkan Allah Swt. Lulus SMA, Thyazen dapat beasiswa belajar di Yaman hingga lulus S1. Setamat S1 dapat beasiswa kembali untuk kuliah S2 di Prancis. Di akhir perkuliahan S2 di Prancis, ada tawaran beasiswa lagi dari United Nations atau PBB untuk kuliah S2 lagi di ASEAN. Dia diberi pilihan untuk S2 di satu di antara negara-negara ASEAN.

“Dan saya langsung memilih Indonesia. Doa saya saat duduk di bangku SD itupun dikabulkan Allah Swt. Singkat cerita saya lulus masuk ITB setelah melewati testing yang ketat,” tutur Syekh Thyazen.

Tapi setelah lulus masuk ITB, dia belum bisa langsung mengikuti perkuliahan. Dia harus belajar bahasa Indonesia, karena jurusan yang dia pilih tidak ada kelas internasionalnya.

“Beasiswa pun terputus karena saya belum bisa bahasa Indonesia. Saya kemudian menelepon ibu di kampung di Yaman dan curhat. Ibu lalu bilang begini: ‘Nak, kau adalah Ahlul Qur’an, apa yang kau pilih, itu adalah pilihan terbaik’. Lalu saya berdoa, dan alhamdulillah pagi hari saya dapat telepon dari sebuah lembaga pendidikan Prancis di Bandung. Saya ditawarkan beasiswa dengan syarat jadi pengajar bahasa Prancis di lembaganya. Beasiswa pun diberikan, kuliah S2 saya di ITB pun mulus. Dan bahkan capaiannya melampai doa saya saat SD. Dulu saya hanya berdoa berkunjung ke Indonesia, tapi bukan lagi sekadar berkunjung, tapi menyelesaikan pendidikan S2,” ungkapnya.

“Ini artinya, kalau kita berdoa kepada Allah Swt jangan putus asa, karena Allah sedang mempersiapkan yang terbaik bagi kita. Doa saya saat SD, SMP, SMA dan S1 belum diterima Allah Swt. Tapi begitu diterima, adalah pemberian yang tidak pernah terlintas di pikiran. Dan setelah lulus S2 saya dapat beasiswa S3 lagi, setengah belajar di Indonesia, dan setengah lagi di Jepang. Dan saat pendidikan S3 itu, saya nikah dengan wanita Indonesia, orang Sunda. Jadi yang diberikan oleh Allah Swt bukan lagi sekadar berkunjung ke Indonesia, tapi juga beasiswa S1, S2 dan S3 serta istri berkebangsaan Indonesia, dan anak yang saat ini berusia 5 tahun 9 bulan,” tutur Syekh Thyazen.

Menurutnya, pilihannya memilih Indonesia adalah pilihan yang tepat. “Saya tidak pernah menyesal dengan pilihan terbaik ini, karena saya sudah keliling ke beberapa negara seperti Prancis, Jerman, Inggris, Jepang, Malaysia dan Singapura, tapi saya tidak pernah merasakan ketenangan seperti Indonesia. Indonesia adalah negeri yang indah dan kaya,” tandas da’i yang menetap di Bandung ini.

Seusai ceramah agama, acara dilanjutkan dengan pemberian kuis berhadiah oleh Ketua YPHAS dan Rektor UMA. Selanjutnya penyerahan santunan YPHAS kepada 50 anak yatim dan 50 orang dhuafa.

Sementara itu, Ketua BKM At Taqwa UMA, Dr Zainun, MA kepada wartawan mengatakan, santunan yang berasal dari YPHAS yang diketuai Drs HM Erwin Siregar, MBA ini rutin dilaksanakan setiap bulan dengan penerima santunan yang berbeda-beda di Kota Medan dan sekitarnya.

“Kegiatan santunan anak yatim dan dhuafa ini sebagai rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan Allah kepada Yayasan dan semoga membawa berkah kepada Universitas Medan Area,” kata Zainun. (SC08)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *